Gemuruh Sepanjang Malam: Gunung Semeru Meletus 35 Kali dalam 6 Jam
Lumajang, Jawa Timur — Aktivitas Gunung Semeru meningkat signifikan ketika terdengar gemuruh sepanjang malam akibat tercatat hingga 35 letusan dalam kurun waktu enam jam. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran dan memperkuat sinyal kewaspadaan dari pihak pemantau gunung. (Kompas)
Menurut data dari Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Semeru, erupsi intensitas tinggi itu berlangsung dari tengah malam hingga dini hari. Sementara itu, catatan seismik memperlihatkan gelombang gempa meletus dengan amplitudo yang cukup besar, yang menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik belum surut.
Kronologi Peningkatan Aktivitas Vulkanik
Berdasarkan laporan pengamatan, periode gempa sejumlah besar terjadi antara pukul 00.00 hingga 06.00 WIB. PPGA mencatat 45 gempa erupsi selama periode ini, dengan amplitudo gempa berkisar antara 10 hingga 22 mm, dan durasi gempa mencapai 58-184 detik tiap kejadian.
Selain gempa letusan, tercatat pula enam gempa guguran dan delapan gempa “gust” (angin panas) di waktu yang sama.
Tercatat muncul suara gemuruh perlahan yang dirasakan masyarakat sekitar, menandai adanya aliran material vulkanik atau reaktivitas kawah yang cukup aktif saat malam hari.
Status Siaga dan Imbauan Warga
Meski terdapat lonjakan aktivitas, status Semeru belum dinaikkan ke level bahaya tertinggi. Pemantau dari Pos PPGA Semeru menyatakan bahwa status saat ini masih berada di level peringatan, namun tren erupsi malam dan gempa berkepanjangan jelas menjadi perhatian serius.
BPBD Lumajang dan otoritas lokal mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama mereka yang tinggal di zona berisiko di lereng gunung atau aliran sungai yang berhulu di Semeru. Masyarakat diminta memantau pengumuman resmi dari PVMBG dan menghindari aktivitas di radius rawan ketika aktivitas semakin meningkat.
Riwayat Erupsi Semeru Sepanjang Tahun Ini
Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu gunung paling aktif di Pulau Jawa. Sepanjang 2025, tercatat ribuan erupsi kecil: pada Maret, misalnya, gunung api ini tercatat telah meletus sebanyak 1.000 kali dalam kurang dari 3 bulan.
Sebelumnya, pada Februari, Semeru juga sempat mengalami 6 kali letusan dalam sehari, menghasilkan kolom abu setinggi hingga 1.000 meter.
Aktivitas vulkanik yang intens ini menunjukkan bahwa Semeru terus menjadi gunung yang sangat dinamis dan rawan bencana, terutama bagi komunitas di sekitar lereng dan aliran sungai vulkanik.
Interpretasi dan Potensi Risiko
Peningkatan letusan malam dan gempa intensif bisa menandakan beberapa hal secara vulkanologis:
- Peningkatan Tekanan Magma
Aktivitas magma di bawah kawah bisa meningkat, mendorong gas dan material keluarnya dalam frekuensi lebih tinggi. - Aliran Panas dan Abu
Letusan berulang juga berpotensi menghasilkan aliran piroklastik (awan panas) dan hujan abu, yang sangat berbahaya, terutama di malam hari ketika visibilitas rendah. - Gerakan Material Vulkanik
Gempa guguran yang tercatat bisa terkait dengan keruntuhan dinding kawah atau batu pijar yang lepas, memicu suara gemuruh dan bahaya lokal.
Tanggapan Ahli dan Pemangku Kepentingan
- Petugas PPGA Semeru menekankan pentingnya pemantauan intensif dan peningkatan koordinasi dengan BPBD Lumajang.
- Beberapa vulkanolog menyatakan bahwa lonjakan gempa dan erupsi menunjukkan gunung berada dalam fase “aktif tinggi”, meskipun belum tentu berujung pada letusan besar.
- Warga di wilayah rawan diminta untuk menyiapkan rencana evakuasi darurat dan selalu mengikuti informasi dari lembaga resmi.
Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Kondisi ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat di sekitar kawah Semeru:
- Masyarakat di zona bahaya harus memahami leve-l risiko vulkanik dan mengikuti pedoman evakuasi yang diterbitkan BPBD.
- Penguatan sistem peringatan dini (sirine, SMS, posko komunitas) sangat krusial saat malam hari, ketika letusan sulit diprediksi dan visibilitas terbatas.
- Edukasi bencana secara rutin di sekolah dan komunitas lokal akan membantu masyarakat menghadapi situasi kritis dengan lebih siap.
Kesimpulan
Peningkatan aktivitas Gunung Semeru dengan 35 letusan dalam enam jam di malam hari menunjukkan gunung ini masih sangat reaktif dan perlu diwaspadai. Data seismik dari PPGA memperkuat fakta bahwa gempa dan erupsi masih intens, sementara status gunung tetap di level waspada.
Masyarakat sekitar, terutama yang tinggal di zona rawan, diimbau untuk tetap siaga, mengikuti instruksi BPBD, dan menghindar dari aktivitas di area berbahaya. Pemantauan dan edukasi bencana menjadi kunci dalam menghadapi potensi ancaman Semeru yang terus “bernapas”.

