Kriminalitas

Begal di OKU Todongkan Sajam, Motor Curian Malah Dijual Murah

Pendahuluan

Kejahatan jalanan kembali meresahkan warga di Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Komplotan begal yang beraksi dengan senjata tajam berhasil ditangkap polisi setelah beberapa kali beraksi di jalanan Pengandonan. Ironisnya, motor hasil curian yang didapat dengan cara membahayakan nyawa korban, justru dijual dengan harga sangat murah. Kasus ini kembali menyoroti fenomena begal di daerah, sekaligus menunjukkan perlunya penanganan serius terhadap keamanan masyarakat.


Kronologi Aksi Begal

Polisi mencatat sedikitnya dua aksi kejahatan dilakukan kelompok ini di Jalan Raya Kisiran, Desa Gunung Meraksa, Kecamatan Pengandonan. Dalam kejadian pertama, seorang pelajar berusia 16 tahun bernama Meilano Hensa Pratama menjadi korban. Saat sedang duduk di atas sepeda motornya pada sore hari, korban dihampiri pelaku Aji Zamzami (25) dan rekannya FS (23).

Tanpa basa-basi, Aji langsung menodongkan pisau ke arah korban. Ketakutan, korban dipaksa menyerahkan sepeda motor Honda Sonic merah putih miliknya. Tidak lama berselang, kelompok yang sama kembali melakukan aksi serupa di lokasi yang sama, menandakan mereka sengaja menjadikan kawasan itu sebagai target.


Tersangka yang Diamankan

Unit Reskrim Polsek Pengandonan berhasil membekuk dua pelaku utama: Aji Zamzami dan Robinson bin Marhuti (32). Sementara seorang tersangka lain, FS, masih buron dan masuk daftar pencarian orang (DPO).

Kapolsek menyebut penangkapan dilakukan setelah aparat menerima laporan masyarakat dan melakukan patroli intensif. Barang bukti berupa motor hasil curian dan senjata tajam digunakan untuk memperkuat dakwaan terhadap para pelaku.


Ironi Penjualan Motor Curian

Yang mengejutkan, motor hasil rampasan ternyata dijual dengan harga sangat murah, jauh di bawah nilai pasar. Polisi menduga hasil penjualan itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk konsumsi narkoba. Fenomena ini menegaskan bahwa pelaku kejahatan sering kali tidak rasional dalam memperhitungkan risiko dengan keuntungan.

“Korban ditodong dengan pisau, nyawa terancam, tapi motor yang nilainya belasan juta dijual hanya beberapa juta. Sangat ironis,” kata salah satu penyidik.


Dampak Sosial bagi Masyarakat

Kasus ini menimbulkan ketakutan di kalangan warga, terutama pengguna jalan di kawasan Pengandonan. Aktivitas sore yang biasanya ramai menjadi was-was karena khawatir menjadi target begal.

Orang tua juga semakin cemas melepas anak-anak mereka keluar rumah, apalagi banyak korban begal sebelumnya adalah pelajar atau pekerja muda. Situasi ini memperlihatkan bagaimana tindak kriminal tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga merusak rasa aman masyarakat.


Penegakan Hukum dan Respons Polisi

Polisi berjanji akan memperketat patroli dan memberantas begal hingga ke akarnya. “Kami akan terus melakukan pengejaran terhadap DPO dan memastikan keamanan warga tetap terjaga,” ujar Kapolsek.

Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk segera melapor bila melihat aksi mencurigakan. Kolaborasi antara aparat dan masyarakat dianggap kunci dalam mencegah begal berkembang lebih luas.


Fenomena Begal di Indonesia

Kasus di OKU bukanlah yang pertama. Fenomena begal masih menjadi masalah serius di berbagai daerah Indonesia, dari Sumatra, Jawa, hingga Sulawesi. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari tekanan ekonomi, penyalahgunaan narkoba, hingga lemahnya pengawasan.

Menurut catatan Kriminolog Universitas Indonesia, begal sering tumbuh subur di daerah yang akses keamanan minim. Selain itu, keuntungan cepat meski kecil membuat banyak pemuda nekat terjun ke tindak kriminal ini.


Tantangan Penanggulangan

Mengatasi begal tidak cukup hanya dengan menangkap pelaku. Dibutuhkan strategi menyeluruh, termasuk penyuluhan masyarakat, pembinaan pemuda, dan penegakan hukum yang konsisten. Program pemberdayaan ekonomi juga penting agar anak muda memiliki alternatif selain kriminalitas.

Tanpa langkah serius, fenomena begal bisa terus berulang, dan masyarakat akan selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan di jalan.


Penutup

Kasus begal di OKU yang melibatkan Aji Zamzami dan Robinson kembali membuka mata publik akan ancaman nyata kejahatan jalanan. Tindakan brutal dengan senjata tajam demi sebuah motor, yang kemudian dijual dengan harga murah, menunjukkan absurditas kriminalitas ini.

Polisi sudah bertindak cepat dengan penangkapan dua pelaku, tetapi pekerjaan belum selesai. DPO masih berkeliaran, dan rasa aman masyarakat harus dipulihkan. Pada akhirnya, keadilan bagi korban dan keamanan publik harus menjadi prioritas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *