Tragedi Ponpes Al Khoziny: Musala Ambruk Saat Salat Asar, Santri Tewas dan Puluhan Terluka
Sidoarjo, 30 September 2025 — Suasana haru dan duka menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo setelah musala pesantren tersebut runtuh saat para santri melaksanakan shalat Asar berjamaah. Kejadian yang terjadi Senin (29/9) sore itu meninggalkan korban meninggal, puluhan luka, dan sejumlah santri masih dalam proses evakuasi.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan saksi dan laporan awal, insiden terjadi sekitar pukul 15.35 WIB, tepat ketika jamaah salat Asar sedang berlangsung. Bangunan musala—yang sedang dalam tahap perluasan atau pengecoran—tiba-tiba ambruk dan menimpa jamaah yang berada di lantai bawah.
Santri bernama Muhammad Rijalul Qoib (13 tahun) selamat dan memberi kesaksian bahwa sebelum runtuh, muncul suara gemuruh batu atau material yang jatuh, diikuti robohnya bagian atas secara mendadak. Ia menyebut bahwa truk pengangkut beton sedang berada di atap bangunan saat peristiwa terjadi.
Korban & Proses Evakuasi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa 102 orang telah dievakuasi dari lokasi musala ambruk. Dari jumlah itu, 91 orang dievakuasi secara mandiri, sedangkan 11 orang oleh tim SAR resmi.
Awalnya, satu orang dinyatakan meninggal dunia. Identitas korban yang tewas adalah Maulana Alfan Abrahimafic (15 tahun), asal Surabaya.
Namun, kemudian terdapat pembaruan: jumlah korban meninggal bertambah menjadi tiga santri. Di antaranya Mochammad Mashudulhaq (14 tahun) dan Muhammad Soleh (22 tahun).
Selain korban tewas, sejumlah santri luka-luka dirawat di rumah sakit antara lain RSUD Sidoarjo, RS Delta Surya, dan RSI Siti Hajar. Korban luka ringan hingga serius memenuhi ruang perawatan.
Proses evakuasi berjalan dramatis, dengan penggunaan tim SAR gabungan, alat berat, dan tim mitigasi reruntuhan. Ada laporan bahwa 7 santri diduga masih terjebak di reruntuhan dan petugas masih berusaha mengevakuasi mereka hidup-hidup.
Reaksi Warga & Keluarga Korban
Keluarga santri yang berada di pesantren maupun luar kota tampak cemas dan berkumpul di lokasi maupun posko keresahan. Beberapa orang tua menunggu kabar anak-anak mereka di posko gabungan yang sudah didirikan.
Pihak ponpes dan pengelola juga menyatakan permohonan maaf atas kejadian tragis ini, menyebut bahwa hal tersebut adalah musibah yang harus ditanggung bersama.
Analisis Penyebab & Catatan Teknik
Beberapa indikasi awal memperlihatkan bahwa musala tersebut sedang dalam tahap konstruksi tambahan atau pengecoran, dan struktur bangunan mungkin belum siap menopang beban tambahan. Korban dan saksi menyebut ada truk pengangkut beton yang berada di atap saat kejadian.
Dampak & Tanggung Jawab
Tragedi ini memunculkan pertanyaan penting mengenai keamanan bangunan di lingkungan pondok pesantren dan institusi pendidikan keagamaan. Beberapa poin yang menjadi sorotan:
- Apakah standar struktur bangunan diperhatikan dalam proses konstruksi?
- Apakah ada pengawasan teknis dari instansi yang berwenang (misalnya Dinas PUPR, BPBD)?
- Bagaimana tanggung jawab hukum bagi pihak kontraktor, pengelola ponpes, ataupun pejabat terkait?
- Kesiapan penanganan darurat dan evakuasi dalam institusi keagamaan seperti pesantren perlu dievaluasi.
Harapan ke Depan
- Pemulihan korban menjadi prioritas: perawatan medis, rehabilitasi psikologis.
- Investigasi transparan agar akar permasalahan diketahui dan ditindaklanjuti.
- Standardisasi konstruksi bangunan keagamaan agar tidak mudah ambruk dalam kondisi ekstrem.
- Peningkatan pengawasan dari pemerintah daerah dan aparat teknis terhadap pembangunan pesantren atau rumah ibadah baru.
- Bantuan dan kompensasi kepada keluarga korban agar tidak terbebani.
