Festival Kue Lapis Jakarta 2025: Pelestarian Kuliner & Budaya Nusantara
Jakarta, 16 Oktober 2025 — Dalam rangka memperingati HUT RI ke-80, Senen Jaya dan Rose Brand menyelenggarakan Festival Kue Lapis Jakarta 2025 dengan tema “Rasa Nusantara, Warna Indonesia” di area Senen Jaya Blok 1 & 2.
Acara ini bukan sekadar promosi kuliner, melainkan upaya nyata untuk melestarikan warisan kuliner tradisional sekaligus menegaskan semangat kebangsaan melalui keberagaman rasa dan warna.
Latar Belakang dan Tujuan Festival
Festival Kue Lapis Jakarta 2025 menjadi festival kuliner tradisional berskala besar pertama di Jakarta yang dirancang melibatkan UMKM, komunitas kuliner, serta pencinta makanan tradisional.
Menurut Annisa Nugraheni, Manajer Pemasaran Senen Jaya, kue lapis bukan hanya kudapan lezat tetapi juga simbol persatuan:
“Melalui festival ini, kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa keberagaman adalah kekuatan fundamental bangsa.”
Sementara Michael Setiaputra dari Rose Brand menyatakan bahwa dukungan mereka terhadap acara ini adalah bagian dari kontribusi perusahaan dalam menjaga kesinambungan kuliner Indonesia.
Tema “Rasa Nusantara, Warna Indonesia” sengaja dipilih untuk menonjolkan bahwa kue lapis dapat menyatu dengan identitas budaya berbagai suku lewat ragam warna dan cita rasa yang berbeda di berbagai daerah.
Ragam Kegiatan & Kompetisi
Di tengah festival, terdapat dua kompetisi utama:
Lomba Membuat Kue Lapis
Peserta diharuskan menghasilkan kue lapis dengan karakter warna dan rasa nusantara. Aspek penilaian meliputi rasa, visual (warna dan motif), kebersihan, kecepatan, dan tim kerja. Hadiah yang disiapkan mencapai total Rp15 juta.
Lomba Kostum Tradisional Nusantara
Kompetisi ini bertujuan menampilkan identitas budaya lewat busana. Penilaian tidak hanya pada estetika, tetapi juga orisinalitas, kesesuaian tema, dan cara pembawaannya.
Festival ini berlangsung di kawasan Pasar Senen, yang dikenal sebagai sentra kuliner tradisional, terutama lewat Pasar Kue Subuh Senen yang sudah lama menjadi ikon bagi pedagang kue tradisional.
melaporkan bahwa total peserta lomba membuat kue lapis mencapai 50 tim, masing-masing tim terdiri dari dua orang. Peserta harus menghasilkan kue lapis yang warna dan rasanya mencerminkan kekayaan Nusantara.
Hasil Lomba & Pemenang
Dari berbagai tim peserta, Jelajah Rasa yang beranggotakan Diah Putri Utami dan Nur Shifa Amalia keluar sebagai juara pertama. Kue lapis karyanya dihias krim merah-putih dengan sentuhan motif cake menarik perhatian juri.
Juara kedua ditempati oleh tim Sidomukti (Surasih & Almaura), dengan kreasi kue berbentuk bunga merah-putih yang ditata indah bak buket.
Sementara itu, pemenang lomba kostum terbaik adalah kelompok Laskar Pelangi (Cindy Nur Kumala & Roslianah). Penilaian mereka didasarkan pada orisinalitas pakaian, tema budaya, estetika, dan pembawaan di panggung.
Penghargaan dan pengumuman pemenang festival ini semarak dan menjadi salah satu momen paling ditunggu pengunjung.
Signifikansi Budaya dan Nilai Simbolis
Festival ini lebih dari sekadar bazar kue. Ia membawa nilai filosofis bahwa Indonesia seperti “kue lapis”—berlapis-lapis warna dan cita rasa, namun berpadu dalam harmoni.
Dengan menyandingkan kompetisi kuliner dan lomba busana tradisional, festival menjembatani dua pilar kekayaan budaya: rasa dan identitas visual. Peserta tidak sekadar membuat kue, tetapi “mengisahkan” suku, motif, dan filosofi lokal lewat warna dan motif kue.
Dalam kata Michael Setiaputra:
“Kuliner bukan hanya konsumsi, melainkan warisan dan identitas. Di tengah arus modernitas, tradisi tetap relevan sebagai penopang kebijaksanaan hidup bangsa.”
Festival ini juga dimaksudkan menjadi agenda tahunan, agar kecintaan terhadap kuliner tradisional tetap terjaga dan generasi muda tidak kehilangan koneksi dengan warisan kuliner lokal.
Tantangan & Ruang Pengembangan ke Depan
Beberapa tantangan dan poin pengembangan untuk festival serupa di masa mendatang:
Sustainabilitas & Skala: Festival ini baru pertama kali digelar dalam skala besar. Untuk menjadi agenda tetap, dibutuhkan dukungan pendanaan, sponsor, dan kolaborasi instansi pemerintah.
Penyediaan Bahan & Logistik: Ketersediaan bahan lokal berkualitas dan alat produksi yang konsisten menjadi faktor penting agar peserta tidak terkendala.
Pengenalan & Edukasi Publik: Agar masyarakat — terutama generasi muda — lebih sadar akan kuliner tradisional, dibutuhkan kampanye edukatif lewat media dan institusi pendidikan.
Integrasi Pariwisata & Kuliner Lokal: Festival semacam ini bisa dikaitkan dengan destinasi wisata kuliner lokal agar tak hanya sebagai acara sesaat, tetapi juga daya tarik jangka panjang.
Peningkatan Inovasi Rasa & Desain: Agar festival tetap menarik dari tahun ke tahun, kreasi inovatif (teknik baru, motif kreatif) harus didorong — namun tetap menjaga keaslian kuliner tradisional.
Pelibat & Dukungan
Senen Jaya & Rose Brand: Penyelenggara utama, bekerja sama dalam menyelenggarakan festival dan menyediakan sponsor bahan.
UMKM & Komunitas Kuliner Tradisional: Peserta aktif dari pelaku usaha lokal dan penggemar kuliner tradisional.
Pusat Kue Subuh Senen: Lokasi strategis festival, menjadi bagian penting dari ekosistem kuliner tradisional di Jakarta.
