Berita

Media Asing Soroti IKN: “Berpotensi Jadi Kota Hantu”

Jakarta, 31 Oktober 2025 – Mega‑proyek IKN di Kalimantan Timur kembali mendapatkan perhatian internasional. Media Inggris The Guardian menyoroti bahwa walaupun dibayangkan sebagai ibu kota baru yang futuristik, IKN menghadapi tantangan signifikan yang bisa membuatnya berpotensi menjadi “kota hantu”.


Apa yang Diungkap Media Asing?

Dalam laporan terbarunya, The Guardian menampilkan foto jalanan luas di kawasan inti pemerintahan IKN yang terlihat sepi, di mana hanya beberapa tukang kebun dan wisatawan yang lalu‑lalang. Hal ini semakin memperkuat kekhawatiran bahwa kota ini belum menunjukkan aktivitas kehidupan yang masif sebagaimana ibu kota pada umumnya.

Media itu juga mencatat bahwa dana dari APBN untuk IKN menurun drastis—dari lebih dari £2 miliar pada 2024, menjadi hanya sekitar £700 juta pada 2025. Investasi swasta pun juga tertunda dan target populasi jauh dari realitas—hanya sekitar beberapa ribu ASN dan pekerja konstruksi yang tinggal di sana, jauh dari target 1,2 juta penduduk pada 2030.

Salah satu analis menyebut bahwa status IKN yang semula digadang sebagai ibu kota baru kini tampak seperti “ibu kota politik” yang tidak benar‑benar hidup secara sosial maupun ekonomi.


Dampak terhadap Masyarakat Sekitar

Kondisi ini tak hanya berdampak pada citra proyek, tetapi juga kehidupan warga lokal. Pengusaha kecil di sekitar kawasan IKN mengaku pendapatannya turun karena aktivitas pekerja konstruksi dan mobilitas masyarakat menurun. Seorang pemilik usaha laundry misalnya mengungkap bahwa usaha mereka yang dulu ramai kini sepi karena pekerja banyak yang sudah pulang atau tidak lagi tinggal di kawasan pembangunan.

Selain itu, nelayan dan petani di wilayah sekitar juga melaporkan dampak ekologis sejak pembangunan dimulai—contohnya meningkatnya banjir dan terganggunya sistem air bersih yang seharusnya mendukung kawasan IKN.


Pemerintah & Otorita IKN: Respons dan Tantangan

Menanggapi sorotan ini, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menyatakan bahwa komitmen politik dan keberlanjutan proyek tetap ada. Kepala OIKN, Basuki Hadimuljono, menegaskan bahwa meskipun konstruksi melambat, pendanaan tidak dihentikan melainkan dialihkan atau disesuaikan.

Mereka juga mendorong aktivasi sektor swasta dan hiburan untuk menciptakan kehidupan kota — konsep yang sebelumnya disebut sebagai kunci agar IKN tidak menjadi kota mati.

Meski demikian, hambatan tetap nyata: penurunan anggaran, investasi yang belum sesuai harapan, serta tantangan untuk menarik populasi yang cukup agar kota ini benar‑benar hidup secara sosial dan ekonomi.


Apa Artinya bagi Indonesia?

Jika IKN gagal menarik cukup warga dan aktivitas ekonomi, maka proyek ini bukan hanya akan mengalami kegagalan investasional, tetapi juga bisa menjadi beban anggaran negara dan simbol ambisi yang tidak terwujud. Disebut “kota hantu” bukan hanya metafora — tetapi potensi nyata ketika gedung berdiri namun kehidupan kota tidak tumbuh.

Di sisi lain, jika pemerintah dan Otorita IKN berhasil mengubah momentum ini—menarik penduduk, investasi, dan menciptakan kehidupan kota yang dinamis—maka IKN bisa menjadi simbol transformasi kota masa depan Indonesia. Namun perjalanan itu masih panjang.


Kesimpulan

Sorotan media asing terhadap IKN memberikan alarm bahwa proyek ini sedang berada di titik kritis: antara ambisi dan kenyataan lapangan. Kekhawatiran akan menjadi kota sepi harus diimbangi oleh langkah konkret: percepatan pembangunan yang bermakna, aktivasi ekonomi lokal, dan populasi yang cukup untuk “menghidupkan” kota. Bagi pemerintah dan semua stakeholder terkait, tugasnya bukan hanya membangun infrastruktur megah — tetapi menciptakan kehidupan nyata di dalamnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *