Adu Kuat Manufaktur ASEAN: Indonesia Melesat, Salip Malaysia
Jakarta — Sektor manufaktur di kawasan ASEAN kembali menunjukkan penguatan pada November 2025, dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur mencatat bahwa Indonesia melesat tajam dan berhasil menyalip Malaysia.
PMI ASEAN & Posisi Indonesia
Menurut data survei terbaru, PMI manufaktur ASEAN secara keseluruhan meningkat — menandakan aktivitas industri di kawasan memasuki fase ekspansi.
Indonesia meraih skor PMI 53,3, berada di zona ekspansi, lebih tinggi dibanding PMI Malaysia yang tertinggal di angka 50,1.
Kenaikan PMI Indonesia ini sekaligus mencerminkan daya bangkit sektor manufaktur dalam negeri — baik dari segi produksi, pesanan baru, maupun optimisme pelaku usaha.
Apa Artinya Bagi Industri Nasional
Angka PMI di atas 50 menunjukkan bahwa pabrik dan sektor manufaktur sedang dalam fase ekspansi — artinya produksi meningkat, pesanan bertambah, dan kondisi pasar cukup kondusif. Untuk Indonesia, hasil ini jadi indikasi bahwa upaya peningkatan kapasitas, efisiensi, dan adaptasi permintaan pasar mulai membuahkan hasil.
Salah satu penyebabnya: meningkatnya permintaan domestik sekaligus stabilitas permintaan ekspor. Hal ini membantu menjaga momentum industri dalam kondisi global yang masih penuh ketidakpastian.
Implikasi Regional & Saingan ASEAN
Dengan hasil ini, Indonesia kini menjadi salah satu kekuatan manufaktur utama di ASEAN — mengungguli Malaysia dalam survei PMI. Hal ini menandakan persaingan manufaktur di kawasan makin sengit, terutama di sektor manufaktur padat karya dan ekspor.
Untuk negara-negara anggota ASEAN lainnya yang tetap menunjukkan ekspansi (seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar), kondisi ini juga berarti persaingan akan semakin terbuka, terutama dalam menarik investasi dan memperluas pangsa pasar manufaktur global.
Tantangan & Peluang ke Depan
Meski pertumbuhan manufaktur Indonesia terlihat menjanjikan, masih ada tugas besar ke depan. Pemerintah dan pelaku industri perlu menjaga konsistensi — misalnya dengan:
- Menguatkan rantai pasokan lokal agar tidak terlalu tergantung pada impor bahan baku.
- Meningkatkan produktivitas dan efisiensi agar bisa bersaing di pasar global.
- Adaptasi terhadap tren industri global — termasuk otomatisasi, teknologi hijau, dan digitalisasi manufaktur.
Di sisi lain, momentum ini bisa digunakan untuk menarik investasi, memperluas produksi, serta menciptakan lebih banyak lapangan kerja — sejalan dengan dorongan pertumbuhan ekonomi nasional.
Kesimpulan
Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa manufaktur Indonesia tengah bangkit kuat — dengan PMI di atas ambang ekspansi, dan kinerja sektor ini bahkan sudah melampaui Malaysia. Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama manufaktur di ASEAN, sekaligus memberi sinyal positif untuk industri, investor, dan kebijakan ekonomi ke depan.

