Profesi Pengantar Makanan di Australia Digemari WNI, Tapi Penuh Risiko
Profesi pengantar makanan atau delivery driver kini menjadi salah satu pekerjaan yang digemari warga negara Indonesia (WNI) di Australia. Dengan fleksibilitas waktu, peluang penghasilan cepat, dan minim syarat masuk, banyak mahasiswa maupun pekerja migran menjadikannya sumber penghasilan utama.
Namun, di balik itu, pekerjaan ini menyimpan risiko tinggi yang sering luput dari perhatian.
Mengapa Profesi Ini Digemari WNI?
- Fleksibilitas Waktu
Pekerja bisa memilih jam kerja sesuai kebutuhan. Cocok bagi mahasiswa yang harus membagi waktu antara kuliah dan kerja. - Modal Relatif Mudah
Cukup punya kendaraan (motor atau sepeda), smartphone, dan aplikasi layanan pesan-antar, seseorang sudah bisa mulai bekerja. - Penghasilan Instan
Banyak yang tergiur karena pembayaran biasanya mingguan, bahkan harian.
Seorang mahasiswa asal Jakarta yang kuliah di Melbourne mengatakan:
“Daripada kerja part-time di restoran yang jadwalnya ketat, jadi driver lebih bebas dan kadang bisa dapat lebih besar.”
Risiko yang Sering Diabaikan
Meski menjanjikan, pekerjaan ini juga penuh tantangan:
- Bahaya di Jalan Raya
Tingkat kecelakaan pengemudi delivery di Australia cukup tinggi karena dikejar target waktu. - Tidak Ada Jaminan Sosial Pekerja
Banyak platform mengkategorikan pengantar makanan sebagai kontraktor independen, bukan karyawan. Akibatnya, tidak ada jaminan kesehatan atau asuransi kerja otomatis. - Eksploitasi dan Bayaran Minim
Beberapa pekerja migran mengaku dibayar jauh di bawah standar, terutama jika bekerja lewat pihak ketiga. - Tekanan Mental
Pekerjaan yang terlihat sederhana ini sebenarnya sangat melelahkan dan penuh tekanan karena tuntutan pelanggan dan aplikasi.
Regulasi yang Masih Abu-Abu
Pemerintah Australia kini tengah menyoroti regulasi kerja bagi pengantar makanan. Ada wacana agar perusahaan aplikasi wajib memberikan perlindungan dasar seperti asuransi kecelakaan.
Namun, sampai saat ini, perlindungan itu belum merata, sehingga pekerja migran – termasuk WNI – tetap berada di posisi rentan.
Harapan dan Kesadaran
Banyak komunitas WNI di Australia yang mulai memberi edukasi soal hak-hak pekerja migran. Tujuannya agar para pengantar makanan tidak sekadar mengejar cuan, tapi juga sadar risiko dan tahu bagaimana melindungi diri.
“Kerja sebagai driver bisa membantu, tapi jangan lupa jaga keselamatan dan pahami hak hukum kita,” ujar salah satu aktivis pekerja migran di Sydney.
Internal Link
Ikuti kisah pekerja migran Indonesia lainnya hanya di kilasanberita.id.
Penutup
Profesi pengantar makanan di Australia memang membuka peluang besar bagi WNI, khususnya mahasiswa dan pekerja migran. Namun, di balik fleksibilitas dan penghasilan cepat, ada risiko serius yang wajib diperhitungkan.
Kesehatan, keselamatan, dan perlindungan hukum seharusnya menjadi prioritas, agar para pahlawan roda dua dan empat ini tidak hanya jadi tulang punggung ekonomi, tapi juga bisa bekerja dengan aman dan bermartabat.
