EkonomiPolitik

Mata Elang Amerika Tertuju ke Nusantara: Trump Secara Khusus Minta ‘Harta Karun’ Mineral RI

WASHINGTON D.C./JAKARTA, kilasanberita.id – Kekayaan alam Indonesia kembali menjadi sorotan utama di panggung dunia. Kali ini, perhatian datang langsung dari Gedung Putih. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan secara eksplisit menyampaikan keinginannya agar Amerika Serikat bisa mendapatkan akses atau pasokan “harta karun” mineral dari Indonesia.

Permintaan ini bukan sekadar urusan dagang biasa, melainkan langkah strategis geopolitik AS di tengah persaingan ketat penguasaan teknologi masa depan. “Harta karun” yang dimaksud tak lain adalah Mineral Kritis (Critical Minerals)—seperti nikel, kobalt, dan bauksit—yang menjadi bahan baku utama baterai kendaraan listrik (EV), industri pertahanan, dan teknologi tinggi.

Mengapa Trump Incar Mineral RI?

Langkah Trump ini didasari oleh kebijakan “America First” yang ingin mengamankan rantai pasok industri dalam negerinya. Saat ini, AS sedang berupaya keras melepaskan ketergantungan impor material strategis dari pesaing utamanya.

Indonesia, sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, adalah kunci yang tak bisa diabaikan. Bagi pemerintahan Trump, mengamankan pasokan dari Jakarta adalah cara paling logis untuk menjaga agar roda industri otomotif dan militer Amerika tetap berputar tanpa hambatan pasokan global.

Posisi Tawar Indonesia: Tidak Jual Mentah!

Merespons minat AS tersebut, posisi Indonesia di bawah pemerintahan saat ini tetap teguh pada konstitusi hilirisasi. Indonesia tidak lagi menjual “tanah air” dalam bentuk bijih mentah. Pesan Jakarta jelas: “Jika kalian butuh mineral kami, bawa pabrik kalian ke sini.”

Permintaan Trump ini menjadi momentum emas bagi diplomasi ekonomi Indonesia. Ini adalah peluang untuk mendesak AS agar segera merampungkan kesepakatan perdagangan mineral kritis (Critical Mineral Agreement atau CMA). Jika kesepakatan ini gol, produk nikel olahan dari Indonesia bisa menikmati insentif pajak hijau di pasar AS, setara dengan mitra dagang bebas AS lainnya.

Investasi vs Eksploitasi

Bagi pengamat ekonomi, permintaan Trump ini harus disikapi dengan cerdas. Indonesia tidak boleh hanya menjadi “tambang galian” bagi negara maju. Kerjasama yang dibangun haruslah berbasis investasi padat modal dan transfer teknologi.

Apakah permintaan Trump ini akan berujung pada membanjirnya investasi pabrik baterai AS di Halmahera atau Sulawesi? Ataukah hanya sekadar lobi untuk melunakkan keran ekspor?

Satu hal yang pasti, “harta karun” di perut bumi Nusantara kini menjadi rebutan raksasa dunia. Tugas pemerintah adalah memastikan kekayaan itu dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, bukan sekadar melayani pesanan negara adidaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *