Kemlu RI Buka Suara soal Viral Foto Prabowo di Baliho Israel
Jakarta — Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI akhirnya menanggapi viralnya foto Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang terpampang di sebuah baliho di Israel. Foto tersebut ramai beredar di media sosial sejak awal pekan, menimbulkan spekulasi luas mengenai keterkaitan Indonesia dengan politik domestik Israel.
Latar Belakang Kasus
Sebuah baliho besar di salah satu kota Israel menampilkan foto Prabowo dengan narasi yang dianggap bernuansa politik. Unggahan foto itu kemudian menyebar cepat di platform X (Twitter), Instagram, hingga WhatsApp, memicu beragam reaksi publik Indonesia.
Sebagian warganet mempertanyakan apakah baliho itu bagian dari propaganda politik Israel, sementara lainnya khawatir hal ini bisa disalahartikan sebagai bentuk dukungan Indonesia terhadap kebijakan Israel.
Tanggapan Kemlu RI
Juru Bicara Kemlu RI menegaskan bahwa pemasangan baliho itu bukan inisiatif pemerintah Indonesia. “Tidak ada keterlibatan resmi dari pihak Indonesia, baik pemerintah maupun perwakilan diplomatik, dalam pemasangan baliho tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers.
Kemlu menambahkan bahwa sikap Indonesia terhadap Palestina tidak berubah: tetap konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menolak segala bentuk normalisasi dengan Israel sebelum tercapainya kemerdekaan penuh Palestina.
Reaksi Publik
Viralnya foto Prabowo di baliho Israel langsung menjadi topik hangat di jagat maya. Sejumlah pengamat menilai hal ini bisa saja bagian dari upaya Israel menarik simpati internasional, terutama dari negara-negara yang belum memiliki hubungan diplomatik resmi.
Di dalam negeri, isu ini juga memantik diskusi politik, mengingat Prabowo adalah tokoh penting dalam kabinet sekaligus figur dengan posisi strategis.
Implikasi Politik
Meski Kemlu sudah memberi klarifikasi, fenomena ini tetap meninggalkan pertanyaan soal bagaimana aktor asing bisa menggunakan sosok pejabat Indonesia dalam konteks politik domestik mereka. Pengamat hubungan internasional menilai kasus ini harus diwaspadai sebagai bagian dari “perang simbol” di ranah global.