Prabowo Akan Rayakan Malam Tahun Baru 2026 di Aceh Bersama Warga Terdampak Bencana
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan merayakan malam Tahun Baru 2026 di Provinsi Aceh, bersama masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah daerah di Sumatra akhir November hingga Desember 2025. Keputusan ini diumumkan oleh Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Muhammad Qodari, usai pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Qodari menyampaikan bahwa Presiden insyaAllah akan berada di Aceh saat malam pergantian tahun bersama rakyat setempat. Rencana ini menunjukkan kepedulian pemerintah pusat terhadap warga yang masih berjuang memulihkan diri pascabanjir dan tanah longsor. Meski begitu, Qodari menyatakan bahwa detil kegiatan selama kunjungan tersebut belum ditetapkan secara spesifik.
Menurut pernyataan Qodari, lokasi yang kemungkinan besar menjadi fokus kunjungan Presiden adalah Bener Meriah di Aceh, salah satu daerah yang terdampak cukup parah akibat bencana alam tersebut. Namun, informasi ini masih perlu konfirmasi lebih lanjut dari Sekretaris Kabinet Republik Indonesia terkait jadwal dan agenda rinci selama kunjungan.
Soliditas Pemerintah dan Dukungan Bagi Korban
Keputusan Presiden Prabowo untuk menghabiskan malam pergantian tahun bersama warga Aceh datang di tengah upaya pemerintah mempercepat pemulihan wilayah pascabanjir dan longsor yang menimpa provinsi tersebut bersama Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Bencana tersebut menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, rumah penduduk, dan mengakibatkan banyak korban jiwa serta ribuan orang mengungsi.
Selain itu, pemerintah pusat juga telah melakukan berbagai langkah untuk memperkuat koordinasi penanganan pascabencana. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyebut kunjungan Presiden Prabowo ke Aceh merupakan bagian dari strategi nasional untuk mempercepat pemulihan pascabencana dan memastikan pelaksanaan program bantuan berjalan efektif pada awal 2026.
Dalam rapat koordinasi yang digelar sebelumnya, berbagai pihak termasuk kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan lembaga legislatif menguatkan komitmen mereka untuk menyinkronkan alokasi anggaran serta prioritas pembangunan infrastruktur dan hunian sementara bagi warga terdampak. Hal ini diharapkan dapat mempercepat proses rehabilitasi sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Perayaan Tahun Baru di Tengah Empati Nasional
Rencana kehadiran Presiden di Aceh juga sejalan dengan keputusan pemerintah daerah di sejumlah wilayah untuk meniadakan pesta kembang api dan hiburan berlebihan sebagai bentuk empati terhadap masyarakat yang sedang berduka dan berjuang pulih dari bencana. Beberapa pemerintah kota besar seperti Jakarta dan Bali secara resmi membatalkan pertunjukan kembang api Tahun Baru 2026.
Di Aceh sendiri, Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) bahkan telah mengeluarkan seruan agar masyarakat tidak menggelar perayaan yang bersifat hura-hura. Pemerintah kota Banda Aceh meminta warganya untuk meningkatkan aktivitas keagamaan, introspeksi diri, serta bersama-sama memperkuat solidaritas dan relasi sosial dalam komunitas setelah bencana.
Solidaritas semacam ini juga terlihat di berbagai daerah lain yang terdampak dan di luar wilayah bencana. Larangan penggunaan petasan dan kembang api di banyak daerah bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat kepada korban dan keluarga mereka yang masih dalam proses pemulihan.
Respons Masyarakat dan Harapan 2026
Bagi banyak warga Aceh, kunjungan Presiden Prabowo Subianto menyiratkan dukungan moral yang kuat di tengah tantangan berat yang mereka alami. Masyarakat yang masih menata kembali kehidupan pascabanjir menyambut baik keputusan pemerintah pusat untuk hadir di tengah mereka pada momen penting pergantian tahun. Kunjungan ini diharapkan bisa menjadi simbol harapan baru di awal 2026.
Selain itu, warga berharap agenda ini akan mendorong percepatan bantuan konstruktif seperti penyediaan hunian layak, akses infrastruktur yang lebih baik, hingga bantuan sosial yang menyeluruh di seluruh daerah terdampak. Koordinasi lintas lembaga pemerintah dipandang sebagai kunci dalam memastikan pemulihan berjalan lancar dan tidak terhambat oleh birokrasi.
Sebagai ujung kata, meskipun pergantian tahun biasanya dirayakan dengan pesta meriah, kondisi pascabanjir di Aceh dan wilayah lain di Sumatra telah mengubah cara pandang masyarakat dan pemerintah terhadap perayaan tersebut. Menteri terkait dan tokoh nasional menegaskan perayaan Tahun Baru 2026 kali ini sebagai momen refleksi, dukungan kemanusiaan, serta konsolidasi bersama untuk bangkit lebih kuat di tahun yang baru.

