ORI Campak di Sumenep Diperpanjang Hingga 27 September: 9 Fakta dan Upaya Percepatan
Sumenep, Jawa Timur — Kabupaten Sumenep memperpanjang pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) untuk campak dan rubella — mulai 15 hingga 27 September 2025 — karena capaian imunisasi massal belum memenuhi target. Pemerintah daerah bergerak cepat sambil mengejar pertumbuhan kasus dan upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang masih berlangsung. Berikut sembilan fakta penting dan langkah yang diambil. RRI+2Sumenep Kabupaten+2
1. Perpanjangan ORI Campak
ORI campak di Kabupaten Sumenep secara resmi diperpanjang dua minggu — dari 15 hingga 27 September 2025.Keputusan ini diambil karena capaian imunisasi masih di bawah target yang ditetapkan.
2. Target Sasaran & Capaian Saat Ini
Total sasaran imunisasi untuk ORI campak-rubela di Sumenep adalah 73.969 anak usia 9 bulan hingga 7 tahun. Per hari ke-15 kegiatan imunisasi, yakni tanggal 11 September 2025 pukul 16.00 WIB, jumlah anak yang sudah diimunisasi mencapai 56.800 anak, atau sekitar 76,8% dari total sasaran.
3. Kelompok Usia dan Puskesmas dengan Capaian Tertinggi & Terendah
Cakupan imunisasi berbeda-beda menurut kelompok usia:
- Usia 9-12 bulan: cakupan hanya sekitar 69,3% dari target.
- Usia 12-47 bulan: sekitar 70,1%
- Usia 4-6 tahun: capaian lebih tinggi, sekitar 82,6%
- Usia 7 tahun: juga sekitar 82,9%
Di tingkat Puskesmas, Giligenting menonjol sebagai pencapaian terbaik dengan 96,7%, sedangkan Puskesmas Dungkek mencatat cakupan paling rendah — hanya sekitar 37,7%.
4. Jumlah Anak Belum Diimunisasi
Dengan capaian sekitar 76,8%, masih ada lebih dari 17.000 anak yang belum menerima imunisasi.Hal ini menjadi titik fokus utama agar status KLB dapat dicabut.
5. Suspek & Angka Kematian
- Tercatat 2.782 suspek campak di Sumenep hingga 11 September 2025.
- Dari jumlah itu, 2.688 pasien sudah sembuh.
- Ada 20 orang meninggal dunia akibat komplikasi campak.
- Ada beberapa pasien yang masih dirawat intensif, sebagian besar adalah anak-anak.
6. Hambatan dan Isu di Lapangan
Beberapa faktor yang menghambat pencapaian target:
- Keraguan dari masyarakat, salah satunya terkait status halal vaksin, menjadi salah satu sebab penolakan imunisasi.
- Kasus baru yang terus muncul, membuat keputusan mencabut status KLB belum bisa dilakukan.
- Tingkat partisipasi antar wilayah berbeda, seperti Puskesmas dengan cakupan sangat rendah seperti Dungkek.
7. Langkah Percepatan dari Pemerintah Daerah
Untuk mengejar target, pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB Sumenep melakukan:
- Memperkuat sosialisasi imunisasi ke masyarakat, melibatkan tokoh lokal, kader kesehatan, dan perangkat desa untuk mengedukasi tentang manfaat vaksin dan meluruskan isu keraguan.
- Memastikan ketersediaan vaksin dan logistik di tiap Puskesmas agar tidak ada hambatan teknis dalam pemberian vaksinasi.
- Penataan ruang isolasi bagi pasien campak agar penanganan medis lebih baik dalam puskesmas dan rumah sakit di wilayah terdampak.
8. KLB Campak: Status dan Kapan Bisa Dicabut?
Status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Sumenep belum bisa dicabut dalam waktu dekat. Kepala Dinkes P2KB Sumenep, Ellya Fardasyah, menyatakan bahwa salah satu syarat utama adalah penurunan kasus yang konsisten dan cakupan imunisasi yang memadai.Tanpa itu, perpanjangan akan terus dilakukan.
9. Harapan dan Imbauan
- Pemerintah daerah meminta masyarakat untuk tidak panik, tetapi aktif memerhatikan gejala campak, seperti demam, batuk, ruam, dan segera ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.
- Puskesmas dan fasilitas kesehatan lokal diharapkan terus meningkatkan pelayanan, termasuk pelayanan imunisasi, edukasi, dan perawatan pasien.
- Kesinambungan data, surveilans epidemiologi, dan koordinasi lintas sektor dianggap sangat penting agar ORI tidak hanya sekadar program sementara, tetapi efektif dalam mengurangi kasus dan menyelamatkan anak.
Kesimpulan
ORI Campak Rubela di Kabupaten Sumenep resmi diperpanjang hingga 27 September 2025 karena capaian vaksinasi yang masih sekitar 76,8%, dengan lebih dari 17.000 anak belum diimunisasi, sementara kasus baru dan kematian masih terjadi. Pemerintah daerah menjalankan berbagai strategi percepatan — mulai dari sosialisasi, ketersediaan logistik, hingga edukasi masyarakat — untuk memastikan target tercapai dan status KLB campak bisa dicabut.
Ke depan, keberhasilan program ini tergantung pada partisipasi masyarakat, efektivitas fasilitas kesehatan lokal, dan stabilitas operasional ORI hingga 27 September. Jika semua berjalan lancar, Sumenep bisa menjadi contoh nyata bagaimana penanganan wabah penyakit melalui imunisasi massal dapat berjalan efektif — tapi jika tertunda, risiko KLB terus berlanjut.
