Pengetahuan Umum

Menemukan Jejak Kehidupan yang Tak Kunjung Padam

KilasanBerita.id — Di lautan dalam yang gelap dan sunyi, terdapat makhluk yang usianya melampaui peradaban manusia.
Bukan dinosaurus atau fosil prasejarah, melainkan hewan laut hidup yang telah bertahan di Bumi selama lebih dari 2.300 tahun. Para ilmuwan menyebut spesies ini sebagai salah satu contoh kehidupan ekstrem yang menantang konsep umur biologis.

Penemuan ini memperkaya pemahaman manusia tentang evolusi dan ketahanan hidup makhluk bumi — sekaligus menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana organisme ini bisa hidup lebih dari dua milenium tanpa punah?


Spesies Spons Raksasa dari Samudra Pasifik

Hewan berumur panjang

Makhluk tersebut adalah spons kaca (glass sponge) dari genus Monorhaphis chuni. Hewan ini ditemukan di kedalaman lebih dari 1.000 meter di bawah permukaan laut, tepatnya di dasar Samudra Pasifik.
Spons ini memiliki bentuk menyerupai vas besar, dengan struktur silika transparan yang keras namun lentur. Panjangnya bisa mencapai 3 meter, menjadikannya salah satu spons terbesar yang pernah ditemukan.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Ecology & Evolution, usia beberapa individu spesies ini mencapai 2.300 tahun, berdasarkan analisis isotop radioaktif pada lapisan silika tubuhnya. Artinya, makhluk ini telah ada jauh sebelum lahirnya peradaban modern — bahkan sebelum runtuhnya Kekaisaran Romawi Kuno.


Rahasia Umur Panjang: Hidup di Dunia yang Nyaris Tak Bergerak

Kunci panjang umur Monorhaphis chuni terletak pada lingkungan ekstrem tempat ia hidup.
Di kedalaman laut yang nyaris tak tersentuh cahaya, suhu stabil hanya beberapa derajat di atas titik beku, tekanan sangat tinggi, dan aktivitas biologis berlangsung sangat lambat.

Dalam kondisi seperti ini, metabolisme spons berjalan amat lambat, hampir tanpa perubahan selama berabad-abad.
Setiap tahun, spons hanya menambah lapisan tipis silika di tubuhnya, seperti lingkaran pertumbuhan pada pohon. Proses inilah yang membuat tubuhnya terus bertambah besar tanpa mengalami kerusakan fatal.

“Kecepatan metabolik yang sangat rendah adalah rahasia umur panjang makhluk ini,” ujar Dr. Joachim Reitner, ahli biogeologi dari Universitas Göttingen, yang memimpin penelitian tersebut.
Menurutnya, spons kaca menjadi bukti bahwa kehidupan dapat bertahan dalam kondisi ekstrem — bahkan tanpa sistem saraf atau organ kompleks seperti mamalia.


Catatan Waktu dari Dasar Laut

Selain umurnya yang mencengangkan, Monorhaphis chuni juga berfungsi sebagai arsip alami perubahan lingkungan laut selama ribuan tahun.
Lapisan silika yang terus tumbuh di tubuh spons menyimpan informasi kimiawi tentang suhu, salinitas, dan komposisi air laut dari masa ke masa.

“Jika kita membaca lapisan-lapisan spons seperti membaca sejarah Bumi,” kata Reitner. “Ia menyimpan rekaman kondisi laut sejak ribuan tahun lalu — lebih akurat daripada banyak catatan geologis yang kita miliki.”

Dengan kemampuan itu, spons kaca kini juga menjadi alat penelitian paleoklimatologi. Para ilmuwan dapat mempelajari bagaimana suhu laut berubah dari Zaman Besi hingga era modern, cukup dengan menganalisis tubuh spons purba ini.


Tidak Sendiri: Hewan Berumur Ribuan Tahun Lainnya

Meski Monorhaphis chuni menjadi yang paling tua, ia bukan satu-satunya makhluk dengan umur luar biasa.
Beberapa spesies laut lain juga memiliki usia yang melampaui logika manusia modern.
Contohnya, kerang Arctica islandica dari Samudra Atlantik Utara yang pernah ditemukan hidup hingga 507 tahun, dan hiu Greenland (Somniosus microcephalus) yang bisa hidup lebih dari 400 tahun.

Namun, spons kaca jauh melampaui semua rekor tersebut.
Dengan usia 2.300 tahun, ia hidup ketika manusia masih membangun piramida terakhir di Mesir dan belum mengenal mesin cetak.

Hewan berumur panjang
Hiu Greenland
Paus kepala busur
Hewan berumur panjang

Pelajaran dari Kehidupan Abadi

Penelitian terhadap hewan-hewan berumur panjang seperti ini memberi wawasan penting bagi ilmu biologi modern, terutama dalam studi tentang penuaan dan regenerasi sel.
Meski tidak memiliki otak, jaringan, atau sistem kekebalan kompleks, spons kaca menunjukkan kemampuan regenerasi struktural tanpa henti, yang mencegah kerusakan sel jangka panjang.

Ilmuwan kini tengah meneliti enzim dan senyawa kimia alami yang memungkinkan spons memperbaiki diri secara perlahan namun efektif.
Temuan tersebut berpotensi membantu pengembangan terapi anti-penuaan atau bahkan teknologi medis untuk memperlambat degenerasi sel manusia.


Kehidupan yang Tersembunyi, Namun Abadi

Kehidupan Monorhaphis chuni mengingatkan manusia bahwa keabadian biologis bukanlah tentang kecepatan atau kekuatan, melainkan tentang keseimbangan dan adaptasi terhadap waktu.
Sementara makhluk darat berevolusi cepat untuk bertahan, spons laut ini memilih jalan sebaliknya — diam, lambat, namun abadi.

Ia hidup dalam kesunyian samudra, menyerap nutrisi dari air, membangun tubuhnya sedikit demi sedikit, dan terus bertahan melewati ribuan tahun perubahan bumi.


Refleksi: Alam Lebih Tua dari Ambisi Manusia

Keberadaan spons kaca yang berusia dua milenium menjadi pengingat kuat bahwa alam bekerja di luar batas waktu manusia.
Sementara manusia sibuk mengejar efisiensi dan percepatan, ada makhluk di kedalaman laut yang justru selamat karena memilih keheningan.

Dalam diamnya, Monorhaphis chuni memberi pelajaran: bahwa kehidupan tak harus cepat untuk menjadi abadi — cukup tahu cara bertahan di tengah perubahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *