Lembaga Adat Larang Wisatawan Asing Masuk Baduy Dalam & Gajeboh
Lebak, Banten — Suara nak hutan dan angin pegunungan Baduy kembali menegaskan batas. Lembaga adat Kanekes memutuskan bahwa wisatawan asing dilarang memasuki wilayah Baduy Dalam dan Gajeboh, dua zona adat yang paling sakral di wilayah adat Baduy.
Keputusan ini muncul setelah adanya peningkatan jumlah wisatawan asing yang menyusup ke daerah tersebut, melanggar aturan adat dan mengganggu ketenangan masyarakat Baduy.
Latar Adat & Filosofi Baduy
Baduy dikenal sebagai masyarakat adat yang mempertahankan kehidupan sederhana ala leluhur, tanpa listrik PLN, kendaraan bermotor, maupun teknologi modern di wilayah Dalam.
Zona Baduy Dalam dan Gajeboh adalah daerah paling suci, tempat tinggal para Umum (orang Baduy yang sangat memegang adat). Pengunjung diizinkan hanya hingga Baduy Luar atau Baduy Tengah, di mana kontak dengan dunia luar masih memungkinkan.
Larangan terhadap wisatawan asing ini digarisbawahi sebagai upaya menjaga kemandirian budaya, kearifan lokal, dan meminimalkan tekanan budaya luar yang bisa merusak tatanan adat.
Pro dan Kontra Aturan Baru
✅ Mendukung
- Melindungi identitas adat Baduy dari pengaruh luar.
- Mempertahankan kedamaian, ketenangan, dan harmoni masyarakat.
- Mencegah pelanggaran tradisi dan norma adat oleh wisatawan yang tidak memahami.
❌ Kritik
- Menurunnya potensi ekonomi dari pariwisata.
- Bisa menimbulkan kesan eksklusif atau tertutup pada masyarakat adat.
- Praktis, bagaimana pengawasan di lapangan agar larangan benar-benar ditegakkan?
Mekanisme Pengawasan
Lembaga adat akan bekerja sama dengan aparat desa dan PKK setempat untuk memantau lalu lintas wisatawan, terutama mereka yang tampak “asing”. Post-pos adat dan pos penjagaan akan diperketat di batas wilayah Baduy Dalam dan Gajeboh.
Jika ditemukan wisatawan asing yang nekat masuk, mereka akan dipulangkan ke bagian luar atau diberikan sanksi adat lokal.
Refleksi: Adat vs Pariwisata
Keputusan ini menegaskan dilema antara pelestarian budaya dan membuka diri terhadap dunia. Banyak tempat adat di Indonesia memadukan pariwisata dengan aturan ketat, tetapi Baduy memilih mempertahankan batas tegas agar adat tidak tergerus oleh arus modernisasi dan eksotisme.