Detik-Detik Mencekam Karyawan Kios Hampir Jadi ‘Sate’ Saat Ricuh Mata Elang Tewas di Kalibata
Jakarta — Insiden pengeroyokan yang menewaskan seorang mata elang (penagih utang atau matel) di kawasan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Kamis (11/12/2025) malam bukan hanya memicu kekerasan, tetapi juga melahirkan cerita menegangkan bagi warga sipil yang kebetulan berada di lokasi. Seorang karyawan kios di area kuliner Kalibata mengaku hampir menjadi korban tragis kerusuhan yang tiba-tiba pecah dan meluas, sehingga kiosnya ikut menjadi sasaran massa yang datang.
Andi: Karyawan Kios yang Nyaris Jadi Korban Kekacauan
Seorang karyawan kios sambal Matah bernama Andi berbagi kisahnya kepada wartawan pada Jumat siang. Ia mengatakan bahwa suasana yang awalnya ramai berubah cepat menjadi chaos setelah berita pengeroyokan tersebut menyebar di sekitar TMP Kalibata. Pada awalnya, ia tengah menunggu pembeli di kiosnya ketika seseorang datang dan memintanya masuk ke dalam toko karena ada ancaman lokal.
“Tiba-tiba mereka bilang ‘masuk, masuk cepat!’ karena katanya ada serbuan. Saya langsung masuk dan menutup pintu, eh tiba-tiba kerusuhan makin besar,” ujarnya mengingat momen mengerikan itu.
Andi menyebutkan bahwa tak lama setelah itu, kerumunan orang mulai berkumpul dan melampiaskan kemarahan mereka dengan merusak fasilitas dan kios yang berada di sekitar titik kejadian. Duduk di balik meja kecil di area kuliner, Andi mengaku ia sempat takut kiosnya akan ikut dibakar, apalagi ketika massa mulai menggunakan benda-benda di sekitar sebagai alat lempar.
Bagaimana Kerusuhan Kalibata Bermula
Menurut pengumpulan keterangan awal pihak kepolisian, insiden itu diawali ketika dua penagih utang — yang dikenal sebagai mata elang — tengah menjalankan tugasnya menagih tunggakan sepeda motor yang belum lunas di kawasan Kalibata. Saat itu, keduanya menghentikan seorang pengendara dan terjadi percakapan yang memanas.
Namun dari keterangan polisi, situasi berubah cepat ketika sekelompok orang yang diduga rekan dari pengendara tersebut keluar dari mobil dan langsung menyerang dua penagih utang itu secara brutal di depan TMP Kalibata. Satu matel langsung tewas di lokasi, sementara rekannya sempat dirawat namun akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.
Kerusuhan Meluas & Aksi Massa di Malam Hari
Kematian mata elang tersebut memicu gelombang kemarahan dari sejumlah orang yang diduga rekan korban. Sekitar waktu Magrib, ratusan orang berkumpul di sekitar lokasi hingga jumlahnya diperkirakan mencapai 80–100 orang menurut laporan aparat keamanan. Massa kemudian melakukan aksi balasan yang berubah menjadi kerusuhan.
Dalam suasana yang sangat tegang, massa mulai membakar kios pedagang, warung, kendaraan bermotor, dan bahkan tenda kaki lima yang ada di area kuliner TMP Kalibata. Api berkobar hingga melahap puluhan kios yang sebelumnya ramai dikunjungi pembeli sore hari.
Saksi mata di lokasi menyebutkan bahwa sejumlah kios dan ruko hangus terbakar, begitu pula puluhan kendaraan roda dua dan roda empat yang terparkir di sekitar TKP. Intensitas kobaran api dan kepulan asap hitam membuat warga sekitar ketakutan dan berhamburan menjauh dari lokasi.
Andi dan Para Pedagang: Saksi Turut Merasakan Ketidakpastian
Untuk karyawan kios seperti Andi, malam itu merupakan pengalaman traumatis. Ia memilih berlindung bersama rekan-rekannya di dalam kios sambal sambil menyaksikan api yang menelan kios tetangga sampai sekitar tempatnya juga nyaris menjadi sasaran amukan massa.
“Saya dengar suara pecahan kaca, teriakan, dan bunyi benda dilempar. Lalu suara api makin besar dari sisi kios sebelah,” jelas Andi, yang kemudian terpaksa menyaksikan sebagian kios di area kuliner roboh dan hangus terbakar.
Pusat kuliner yang biasanya dipenuhi pengunjung sejak sore hingga malam mendadak menjadi lokasi padamnya listrik dan kepulan asap yang membuat sejumlah pedagang terpaksa menyelamatkan diri tanpa sempat menyelamatkan dagangan mereka.
Respon Polisi & Aparat Keamanan
Menindaklanjuti kerusuhan tersebut, polisi dari Polda Metro Jaya dan aparat keamanan setempat dikerahkan untuk menenangkan suasana dan menegakkan ketertiban. Ruas jalan di sekitar TMP Kalibata, khususnya Jalan H Mahmud Raya Blok Langgar, sempat disekat agar arus lalu lintas tidak semakin kacau dan aparat dapat mengendalikan massa secara bertahap tanpa memicu bentrokan lanjutan.
Selain itu, mobil pemadam kebakaran juga diturunkan untuk memadamkan api yang mulai membesar hingga dini hari. Api dilaporkan padam setelah beberapa jam upaya pemadaman dilakukan, namun sisa puing kebakaran dan kerusakan masih terlihat jelas pada pagi harinya di kawasan kuliner yang hancur.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, menyatakan penyelidikan menyeluruh masih berjalan untuk mengidentifikasi para pelaku pengeroyokan awal, massa yang melakukan pembakaran, serta motif di balik eskalasi aksi kekerasan tersebut, untuk dapat diproses hukum secara adil dan tegas.
Dampak Ekonomi & Sosial Kerusuhan bagi Warga dan Pedagang
Kericuhan di Kalibata tidak hanya membawa dampak fisik berupa kerusakan dan kerugian materi, tetapi juga menyebabkan ketidakpastian sosial dan ekonomi bagi warga setempat — terutama pedagang kecil. Dari laporan awal, tiga unit kendaraan (motor dan mobil) serta lebih dari sembilan kios pedagang dilaporkan hangus terbakar, sementara kendaraan para pedagang dan warga juga rusak ringan hingga berat akibat lemparan benda tajam dan api.
Kerugian materi akibat insiden ini pun diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, mengingat rusaknya kios, perlengkapan kuliner, dan aset pedagang yang hilang dalam sekejap. Hal ini juga berpotensi membuat pedagang kecil yang bergantung dari hasil jualan harian kehilangan pendapatan jangka pendek hingga jangka menengah.
Banyak pedagang kini harus memikirkan upaya pemulihan dan pembersihan lokasi dagang mereka, bahkan kemungkinan mencari lokasi usaha baru sambil menunggu proses hukum dan langkah kompensasi apabila ada dukungan dari pemerintah daerah atau pihak berwenang lainnya.
Refleksi soal Perlindungan Masyarakat Saat Konflik
Insiden kekerasan di lokasi umum seperti TMP Kalibata membuka ruang diskusi mengenai pentingnya keamanan publik terhadap konflik sosial. Peristiwa yang bermula dari persoalan pribadi atau utang sepeda motor semestinya tidak berkembang menjadi kekerasan massal dan pembalasan yang melibatkan warga sipil yang tak memiliki keterlibatan langsung.
Pihak warga yang sempat terdampak termasuk pekerja kios seperti Andi berharap aparat keamanan dapat hadir lebih cepat di titik konflik dan mencegah eskalasi massa yang membabi buta menghancurkan properti warga. Ia juga berharap agar kasus ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku usaha serta warga tentang pentingnya menyelesaikan perselisihan secara damai tanpa melibatkan kekerasan.
Kesimpulan: Tragedi Kalibata sebagai Peringatan Sosial
Kerusuhan di Kalibata, yang bermula dari pengeroyokan penagih utang hingga tewasnya mata elang dan meluas menjadi aksi anarkis massa, bukan hanya meninggalkan dampak fisik tetapi juga trauma psikologis bagi penduduk setempat — terutama mereka yang bekerja atau berdagang di kawasan itu. Kisah karyawan kios yang hampir menjadi korban turut mengingatkan bahwa konflik sosial punya efek domino yang bisa menjangkau siapa pun di sekitar.
Kejadian ini juga menunjukkan bahwa pengelolaan konflik, respons cepat aparat keselamatan publik, serta penyelesaian sengketa secara damai merupakan hal krusial yang perlu dikedepankan guna mencegah tragedi serupa merugikan masyarakat di kemudian hari.

