Kesehatan

Awas! Kebiasaan Sehari‑hari Ini Bisa Memicu Penyakit Jantung

Jakarta – Waspada terhadap gaya hidup sehari‑hari yang tampak sepele namun bisa memicu masalah serius seperti Penyakit Jantung mendadak. Menurut spesialis jantung dan pembuluh darah dr. M. Yamin, SpJP(K), SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS di Rumah Sakit Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, terdapat sejumlah kebiasaan yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung, meski seseorang terlihat sehat sebelumnya.

Kebiasaan Ringan, Risiko Besar

Di era digital, kemudahan seperti memesan makanan online dan bekerja dari rumah ternyata punya dampak yang tidak ringan. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa kemudahan memesan makanan cepat saji berhubungan dengan tingginya angka serangan jantung di daerah yang banyak menyediakan layanan tersebut.

Lebih lanjut, dr. Yamin menyebut bahwa gaya hidup “sedentary” atau minim aktivitas fisik juga menjadi pemicu utama. “Kita bisa bekerja dari rumah tanpa harus jalan ke mana‑mana, otomatis ini merangsang gaya hidup yang immobile atau malas gerak,” katanya.

Kombinasi dari konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kalori, rendah gizi dan minimnya aktivitas fisik dapat menimbulkan kelebihan berat badan atau Obesitas. Kondisi inilah yang sering menjadi gerbang menuju penyakit jantung.

Mengapa Obesitas & Minim Gerak Berbahaya untuk Jantung?

Obesitas dapat memicu perubahan pada sistem pembuluh darah dan fungsi jantung. Tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula dalam darah cenderung naik pada individu kelebihan berat badan. Sementara itu, kurang bergerak membuat jantung dan pembuluh darah kurang terlatih untuk bekerja.

Ketika kedua faktor ini berkumpul—makanan cepat saji tinggi kalori + minim aktivitas—hasilnya bisa sangat merugikan dari sisi kesehatan jantung. Bahkan, kematian mendadak akibat jantung bisa terjadi dalam hitungan jam setelah munculnya gejala awal.

Tanda dan Gejala yang Perlu Diwaspadai

Meskipun seseorang tampak aktif secara rutin, beberapa tanda berikut perlu diwaspadai sebagai sinyal awal masalah jantung:

  • Rasa nyeri atau tidak nyaman di dada yang menjalar ke lengan, rahang atau punggung.
  • Sesak napas yang tidak lazim saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat.
  • Keringat dingin, pusing, atau mual secara mendadak.
  • Palpitasi atau detak jantung tidak beraturan.

Jika Anda mengalami satu atau lebih gejala di atas, terutama disertai faktor risiko seperti obesitas ataupun gaya hidup sedentari, sebaiknya segera konsultasi ke dokter spesialis jantung.

Cara Mencegah dengan Perubahan Gaya Hidup

Menghindari risiko penyakit jantung tidak harus dengan intervensi besar. Beberapa langkah sederhana dapat membuat perbedaan signifikan:

  • Kurangi konsumsi makanan cepat saji: Prioritaskan makanan segar, sayur‑mayur, buah dan sumber protein sehat.
  • Tingkatkan aktivitas fisik harian: Setidaknya 30 menit berjalan cepat atau olahraga ringan seperti senam, setidaknya 5 hari dalam seminggu.
  • Batasi waktu duduk panjang: Jika Anda banyak bekerja dari rumah atau di meja, usahakan berdiri atau bergerak setiap 30–60 menit.
  • Pantau berat badan dan lingkar pinggang: Obesitas perut sangat terkait dengan risiko jantung.
  • Rutin pemeriksaan kesehatan: Cek tekanan darah, kolesterol dan gula darah paling sedikit satu tahun sekali, atau lebih sering jika memiliki faktor risiko.

Kebiasaan sehari‑hari yang tampak sepele seperti memesan makanan instan melalui aplikasi atau bekerja dari rumah tanpa banyak bergerak, sesungguhnya bisa memicu penyakit jantung lewat mekanisme obesitas dan gaya hidup sedentari. Menyadari potensi bahaya ini adalah langkah awal untuk melakukan perubahan kecil yang berdampak besar bagi kesehatan jantung Anda.

Mulailah hari ini dengan lebih banyak bergerak, makan dengan lebih bijak, dan memantau kesehatan secara rutin. Karena jantung Anda mungkin tak memberi banyak kesempatan—namun Anda bisa mencegahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *