Alarm Bahaya Berbunyi: ASEAN Desak Thailand dan Kamboja Tahan Diri, Cegah Konflik Meluas
JAKARTA, kilasanberita.id – Eskalasi ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja telah memicu respons kolektif dari negara-negara Asia Tenggara. Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengeluarkan pernyataan tegas yang mendesak kedua negara anggotanya tersebut untuk segera “menahan diri sepenuhnya” (exercise utmost restraint) guna menghindari pecahnya konflik terbuka yang lebih besar.
Desakan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa insiden-insiden kecil di garis perbatasan dapat memicu efek domino yang merusak stabilitas keamanan seluruh kawasan. Bagi ASEAN, perselisihan ini bukan lagi sekadar isu bilateral, melainkan ancaman bagi kredibilitas dan keamanan regional.
Intervensi untuk Menjaga “Rumah” Tetap Aman
Dalam rilis resminya, ASEAN menyoroti pentingnya penyelesaian sengketa melalui jalur damai sesuai dengan prinsip-prinsip Piagam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC). ASEAN meminta kedua belah pihak untuk menghindari tindakan provokatif, baik berupa pergerakan pasukan maupun pernyataan politik yang dapat memperkeruh suasana.
“ASEAN menyerukan kepada kedua pihak untuk menahan diri dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog yang bersahabat dan konsultasi,” demikian bunyi pesan diplomatik tersebut. Langkah intervensi diplomatik ini dinilai krusial sebelum situasi di lapangan mencapai titik no return (titik di mana perang tak terelakkan).
Dampak Domino Ketidakstabilan
Para pengamat hubungan internasional menilai, jika Thailand dan Kamboja gagal menahan diri, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh blok ekonomi ini. Citra ASEAN sebagai kawasan yang damai dan ramah investasi akan tercoreng. Gangguan pada rantai pasok logistik lintas batas juga menjadi ancaman nyata yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pascapandemi.
Oleh karena itu, desakan ASEAN ini juga dibarengi dengan tawaran fasilitasi dialog. Negara-negara kunci seperti Indonesia dan Malaysia telah menyatakan kesiapannya untuk membantu menjembatani komunikasi kedua belah pihak.
Ujian Kepatuhan
Kini bola panas berada di tangan pemerintahan Bangkok dan Phnom Penh. Apakah mereka akan mematuhi seruan “keluarga besar” ASEAN ini, atau tetap bersikeras dengan ego nasional masing-masing? Kepatuhan terhadap seruan menahan diri ini akan menjadi tolak ukur kedewasaan diplomasi kedua negara di mata komunitas internasional.
Dunia berharap, moncong senjata di perbatasan segera diturunkan, digantikan dengan jabat tangan para diplomat di meja perundingan.
Related Keywords: pernyataan resmi asean, sengketa perbatasan, stabilitas keamanan regional, de-eskalasi konflik, treaty of amity and cooperation.
