Ancaman Krisis 2026 Meningkat, Ini Aset yang Dianggap Paling Aman oleh Para Ahli
Jakarta, 27 Desember 2025 – Ancaman krisis ekonomi global pada tahun 2026 disebut semakin nyata oleh sejumlah ekonom dan analis pasar. Ketidakpastian kondisi perekonomian dunia semakin meningkat akibat perpaduan tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, serta tantangan fiskal negara-negara besar. Menurut ekonom terkemuka, Komal Sri-Kumar, risiko resesi atau krisis ekonomi besar dalam beberapa tahun ke depan bukan sekadar wacana melainkan ancaman yang perlu diwaspadai para investor maupun pembuat kebijakan.
Dalam pandangan Sri-Kumar, ancaman krisis ini bisa menciptakan kondisi “stagflasi” — situasi di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi melambat. Kondisi tersebut kerap menyulitkan pembuat kebijakan karena stimulus yang biasanya mempercepat pertumbuhan malah berisiko memperburuk tekanan harga.
Meningkatnya Risiko Ekonomi Global
Beberapa indikator global menunjukkan bahwa lingkungan ekonomi pada 2026 tidak akan semulus tahun-tahun sebelumnya. Beberapa pendorong risiko mencakup tekanan inflasi yang belum sepenuhnya mereda, kebijakan tarif dagang yang terus berlanjut di sejumlah negara, dan tekanan pada pasar tenaga kerja. Dalam konteks ini, ancaman dari melonjaknya imbal hasil obligasi jangka panjang juga tidak boleh diabaikan.
Ketidakpastian ekonomi global semakin diperkuat oleh dinamika geopolitik serta kebijakan moneter di beberapa negara maju. Kenaikan suku bunga dan tekanan fiskal di Amerika Serikat, misalnya, dapat menekan permintaan global serta memperlemah aktivitas ekonomi. Hal inilah yang membuat sebagian analis menilai langkah konservatif sangat penting dalam menyusun portofolio investasi.
Flight-to-Quality: Apa Itu dan Kenapa Penting
Fenomena flight to quality atau pergeseran investor dari aset berisiko menuju aset aman sudah menjadi perilaku klasik ketika pasar menghadapi tekanan besar. Pada masa ketidakpastian, investor sering kali mengurangi eksposurnya terhadap aset seperti saham spekulatif dan lebih memilih instrumen yang secara tradisional stabil. Aset-aset ini sering disebut sebagai “safe haven” atau tempat aman investasi.
Perpindahan modal ke aset aman biasanya disertai dengan peningkatan permintaan terhadap surat utang pemerintah negara yang kuat serta logam mulia. Kedua jenis aset ini cenderung memberikan keamanan nilai ketika pasar volatil.
Aset yang Dianggap Aman Menurut Para Ahli
Para ekonom dan analis pasar memiliki beberapa rekomendasi aset yang dianggap relatif aman di tengah meningkatnya ancaman krisis global:
1. Emas — Logam Mulia yang Terus Mendominasi
Emas tetap menjadi salah satu aset aman favorit investor global. Logam mulia ini memiliki karakteristik likuid, tahan inflasi, dan tidak terikat pada kinerja ekonomi suatu negara tertentu. Dalam banyak periode krisis historis, harga emas biasanya meningkat saat pasar saham dan aset berisiko lainnya turun drastis.
Investor yang khawatir terhadap gejolak pasar cenderung memperbanyak kepemilikan emas sebagai bentuk lindung nilai (hedge) terhadap penurunan nilai mata uang serta ketidakpastian suku bunga.
2. Obligasi Pemerintah Berkualitas Tinggi
Surat utang pemerintah dari negara dengan kredibilitas fiskal kuat sering menjadi pelabuhan aman saat investor menghindari risiko tinggi. Instrumen seperti Treasury AS atau obligasi pemerintah negara maju lainnya cenderung stabil karena didukung oleh kemampuan fiskal yang kuat negara tersebut.
Meskipun imbal hasil obligasi saat ini mengalami volatilitas akibat perubahan kebijakan moneter, instrumen ini tetap dipandang lebih aman dibandingkan banyak aset lainnya dalam situasi ketidakpastian global.
3. Aset Riil dan Properti Berkualitas
Selain emas dan obligasi, aset riil seperti properti di wilayah ekonomi stabil juga kerap dipilih sebagai pelindung nilai. Properti cenderung memiliki nilai dasar yang kuat dan bisa menjadi sumber pendapatan melalui sewa, sehingga memberikan diversifikasi terhadap portofolio.
Namun jenis aset ini memiliki risiko likuiditas lebih tinggi dibandingkan emas dan obligasi. Investor perlu memperhitungkan horizon waktu investasi mereka sebelum memutuskan alokasi ke properti.
Diversifikasi: Kunci Menghadapi Ketidakpastian
Para ahli sepakat bahwa tidak ada satu pun aset yang benar-benar bebas risiko. Sehingga, strategi diversifikasi portofolio menjadi kunci untuk melindungi nilai dana di tengah krisis yang mungkin terjadi. Diversifikasi yang baik mencakup kombinasi saham berkualitas, obligasi, komoditas seperti emas, serta aset riil.
Sebagai contoh, indeks saham besar seperti S&P 500 masih dianggap sebagai bagian dari portofolio jangka panjang, meskipun investor perlu menimbangnya dengan porsi yang lebih hati-hati dalam konteks risiko pasar yang meningkat.
Kesimpulan
Menghadapi potensi krisis ekonomi global di 2026, investor disarankan memperkuat portofolio mereka dengan aset yang relatif lebih aman seperti emas, obligasi pemerintah berkualitas, dan bagian dari aset riil. Sementara pasar saham tetap relevan untuk jangka panjang, perilaku investor yang prudent dan strategi diversifikasi menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko di tengah ketidakpastian global.

