BisnisEkonomiOtomotif

Ahok: Industri Otomotif Bisa Jadi Harapan Besar Ekonomi Indonesia, Jika Kebijakan Lebih Solutif

Jakarta — Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih akrab dipanggil Ahok, menegaskan bahwa sektor otomotif memiliki potensi besar menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Namun, ia menekankan, agar harapan itu menjadi kenyataan, dibutuhkan kebijakan yang betul-betul mendengar persoalan di lapangan dan melakukan perbaikan secara nyata.


Kendala Lapangan: Logistik & Biaya Produksi

Dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, Ahok menyebut bahwa salah satu hambatan utama yang masih dihadapi pelaku di industri otomotif adalah sektor logistik. Ia memaparkan bahwa:

  • Infrastruktur belum merata, dari pelabuhan, jalur kereta api, akses pabrik ke jalan tol.
  • Biaya logistik yang tinggi membuat harga produksi menjadi lebih mahal, sehingga daya saing produk lokal sulit bersaing, baik di pasar dalam negeri maupun ekspor.

Ahok menekankan bahwa tanpa memperbaiki hal-hal tersebut, potensi industri otomotif tetap sulit maksimal. Kebijakan yang dibuat harus bisa menjangkau akar permasalahan, supaya pelaku usaha bisa mendapatkan manfaat yang nyata.


Peran Sumber Daya Manusia

Selain masalah logistik, Ahok juga menggarisbawahi pentingnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan industri otomotif modern. Beberapa poin yang disorot:

  • Pelatihan yang relevan: skill pekerja harus cocok dengan teknologi yang dipakai di pabrik otomotif.
  • Penyerapan tenaga kerja: jika SDM terlatih dengan baik, mereka lebih mudah diserap dalam jumlah besar oleh perusahaan otomotif.
  • Kesesuaian antara kurikulum pendidikan vokasional dan kebutuhan industri. Ahok mengajak pemerintah agar turun langsung dan mendengarkan keluhan maupun kebutuhan di lapangan agar kebijakan pendidikan vokasi bisa membentuk SDM yang siap kerja.

Peluang dari ASEAN Free Trade Area (AFTA)

Salah satu strategi besar yang dibahas Ahok adalah pemanfaatan peluang trade agreement di dalam kerangka ASEAN. Beberapa usulan yang disampaikan:

  • Produsen otomotif dalam negeri didorong agar bekerja sama dengan produsen di negara ASEAN lain, terutama untuk memenuhi syarat lokal konten komponen hingga 50%. Jika tercapai, bea masuk bisa diminimalisasi atau bahkan dihapus dalam perdagangan antar kawasan.
  • Pemetaan keunggulan produksi tiap negara ASEAN agar eksportir bisa lebih kompetitif dan tidak terjebak pada impor komponen yang mahal.

Harapan atas Kebijakan Pemerintah

Ahok menyampaikan bahwa potensi besar industri otomotif tidak akan berkembang maksimal bila pemerintah hanya membuat kebijakan dari atas tanpa memahami apa yang dibutuhkan di level operasional. Beberapa harapan dari Ahok:

  • Pemerintah turun ke lapangan: bukan hanya mendengarkan laporan, melainkan langsung melihat masalah di lokasi pabrik, pelabuhan, distribusi, dan transportasi.
  • Kebijakan yang solutif: bukan sekadar janji atau regulasi yang ideal tanpa pelaksanaan di lapangan. Kebijakan harus bisa dipraktikkan dan memberi kemudahan, bukan hambatan.
  • Keterlibatan semua pihak: industri otomotif, pemerintah pusat dan daerah, serta pendidikan dan pelatihan harus bersinergi agar langkah-langkah perbaikan berjalan lancar.

Tantangan yang Harus Diatasi Lebih Dulu

Meski penuh peluang, Ahok tidak menutup mata terhadap sejumlah tantangan nyata:

  1. Ketidak merataan infrastruktur logistik: akses ke pelabuhan dan terminal distribusi masih banyak yang kurang memadai.
  2. Biaya produksi tinggi akibat inefisiensi dalam rantai pasok dan mahalnya komponen impor.
  3. Kualitas SDM yang belum merata di berbagai daerah, terutama luar Jawa, sehingga perusahaan masih sulit mencari tenaga kerja yang siap pakai.
  4. Regulasi dan bea masuk yang belum sepenuhnya mendukung produksi lokal, terutama komponen komponen otomotif.

Menteri Aspiratif: Kunci Menuju Harapan

Ahok menutup pesannya dengan tantangan langsung kepada pemerintah dan masyarakat:

“Industri otomotif adalah industri yang bisa menjadi harapan perekonomian Indonesia. Dengan catatan, Pemerintah mau turun dan mendengar langsung kesulitan di lapangan, supaya kebijakan yang dibuat adalah kebijakan solutif untuk pelaku usaha, pekerja dan konsumen.”

Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut menyumbangkan ide, agar sektor-sektor lain yang punya potensi juga mendapat perhatian serupa.


Kesimpulan

Industri otomotif memiliki potensi strategis untuk menjadi salah satu tulang punggung ekonomi nasional, asalkan sejumlah syarat dipenuhi: logistik yang efisien, SDM yang siap, regulasi yang mendukung, dan kebijakan yang mendengar kenyataan di lapangan. Jika elemen-elemen tersebut dijalankan dengan sungguh-sungguh, Indonesia bisa melihat pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan bertahan lama dari sektor otomotif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *