Merek Lokal China Baru Kini Mulai Melampaui Xiaomi, Vivo, dan OPPO
Industri smartphone China kembali mengalami perubahan signifikan. Setelah bertahun‑tahun mendominasi lewat merek populer seperti Xiaomi, Vivo, dan OPPO — kini “pendatang baru” dan merek kurang dikenal mendapatkan momentum, menggeser posisi raksasa lama.
Perubahan Dinamika Pasar Smartphone China
Menurut laporan terbaru dari firma riset pasar, pada kuartal ketiga 2025, pasar smartphone China menyusut sekitar 3% secara tahunan — tapi kompetisi antar merek makin ketat
Di tengah perlambatan pasar, pangsa pasar Vivo sempat naik menjadi sekitar 18% berdasarkan volume pengiriman. Tapi hal ini tidak lepas dari tekanan dari merek‑merek baru yang agresif menawarkan harga murah, fitur menarik, dan segmentasi produk berbeda.
Sementara itu, beberapa merek besar seperti OPPO dan Vivo menghadapi perlambatan pertumbuhan.
Faktor-faktor yang Membuka Peluang bagi Merek Baru
Beberapa faktor menjadi pemicu pergeseran ini:
- Sikap konsumen berubah: Di masa kini, banyak konsumen lebih memprioritaskan spesifikasi dan value (harga vs fitur) dibanding sekadar merek terkenal. Hal ini membuka peluang bagi produk dari merek yang sebelumnya kurang dikenal.
- Segmentasi pasar yang lebih luas: Merek‑merek baru cenderung menawarkan variasi produk — dari entry‑level sampai menengah — yang menarik konsumen berbudget terbatas, terutama di pasar berkembang.
- Kejenuhan pasar terhadap merek besar: Setelah bertahun‑tahun mendominasi, pengguna mulai mencari alternatif baru — sering kali dari merek dengan harga lebih bersahabat namun fitur cukup mumpuni.
- Persaingan harga & promosi: Merek‑merek kecil mampu menawarkan harga lebih kompetitif dan promosi agresif, membuat mereka menarik bagi konsumen sensitif harga.
Implikasi bagi Xiaomi, Vivo, dan OPPO
Dominasi merek besar seperti Xiaomi, Vivo, dan OPPO — yang dulu jarang tergoyahkan — kini mulai teruji. Meskipun mereka masih termasuk pemain besar, tekanan dari bawah memaksa mereka untuk beradaptasi: memperbarui lini produk, menyesuaikan harga, atau memperkuat value‑added (fitur, layanan purna jual, dsb).
Menurut data 2025, walaupun Xiaomi sempat mengungguli di segmentasi tertentu, pergeseran demografi dan preferensi pasar menunjukkan tren fragmentasi — artinya, tidak ada satu merek pun yang bisa mendominasi seperti dulu.
Bagi OPPO dan Vivo, tekanan ini terlihat dari penurunan pangsa pasar mereka dibanding dekade sebelumnya.
Apa Artinya bagi Konsumen Global dan Indonesia
Fenomena ini berarti: konsumen — termasuk di luar China, seperti Asia Tenggara atau Indonesia — memiliki peluang lebih besar menemukan smartphone murah dengan spesifikasi menarik dari merek‑merek baru. Hal ini bisa memperluas pilihan, terutama bagi pengguna yang ingin performa cukup tanpa harus bayar mahal.
Meski demikian, konsumen juga perlu cermat: mengecek reputasi produsen, layanan purna jual, garansi, dan ketersediaan suku cadang — aspek yang kadang masih lemah di merek baru dibandingkan pemain besar.
Kesimpulan
Pasar smartphone China kini menunjukkan dinamika baru: merek besar tidak lagi tak tersentuh — dan merek‑merek yang sebelumnya kurang dikenal mulai mendapatkan momentum. Bagi konsumen, ini berarti lebih banyak pilihan. Bagi produsen besar seperti Xiaomi, Vivo, dan OPPO — ini jadi tantangan serius untuk mempertahankan relevansi.
Perubahan ini bukan hanya soal angka penjualan, tetapi juga sinyal bahwa loyalitas merek kini lebih rapuh — konsumen bersedia beralih untuk fitur dan harga.

