Tren Kuliner Asia Pasifik 2026: Dominasi Sajian Lokal, Teknologi, dan Kenyamanan Kuliner
Laporan ini menjadi panduan strategis bagi pelaku usaha kuliner dan industri perhotelan untuk beradaptasi dengan preferensi konsumen yang terus berubah seiring perkembangan sosial, teknologi, dan budaya.
Dalam laporan tersebut, tiap tren diprediksi mencerminkan transformasi perilaku konsumen, inovasi operasional restoran, dan cara pandang baru terhadap nilai kuliner. Beberapa tren yang dipublikasikan memang ada kemiripan tema dengan artikel lain seperti pelaporan di Kumparan tentang 6 tren kuliner Asia Pasifik.
Meski artikel Kompas menyebut “10 tren”, sejumlah sumber lain menyebut 6 tren inti yang dianggap paling signifikan di kawasan Asia Pasifik.
Dalam versi ini, saya akan menyajikan 10 tren ulangan yang konsisten berdasarkan pengembangan dan pengembangan dari laporan serta ulasan ahli di industri kuliner.
10 Tren Kuliner 2026 di Asia Pasifik
Berikut prediksi tren kuliner yang akan mewarnai industri F&B di Asia Pasifik pada 2026:
Kemewahan lewat Kenyamanan (Comfort as Luxury)
Tren kemewahan kini mengalami redefinisi: bukan lagi soal kemewahan yang formal dan eksklusif, melainkan kenyamanan yang elegan. Restoran fine-casual (kombinasi fine dining + suasana kasual) diperkirakan tumbuh karena konsumen menginginkan pengalaman bersantap yang santai namun tetap berkualitas.
Di Indonesia, dilaporkan 73% tamu hotel Marriott lebih memilih santap kasual dibanding formal. Di tingkat Asia Pasifik, angkanya sekitar 59%.
kumparan
Bahan & Sajian Lokal Mendominasi
Kolaborasi antara hotel/restoran dan komunitas lokal pun menjadi strategi penting agar pengalaman kuliner terasa autentik.
Generasi Chef Baru: Inovasi dari Akar Tradisi
Mereka akan mengangkat warisan kuliner lokal ke level internasional, menciptakan cita rasa baru tanpa melepas akar budaya.
Asia sebagai Pusat Kuliner Dunia
Indonesia, bersama Filipina, Vietnam, dan Tiongkok, dipandang sebagai negara dengan potensi kuliner besar dan sumber keberagaman cita rasa.
Teknologi & AI dalam Operasional
Teknologi akan semakin menjadi tulang punggung operasional F&B. Laporan menyebut 76 % properti Marriott Asia Pasifik telah mengadopsi sistem manajemen pemesanan digital.
kumparan
Selain itu, analisis data, sistem rekomendasi otomatis (AI), dan optimasi rantai pasokan menjadi bagian yang makin penting.
Multisensory Dining & Pengalaman Interaktif
Konsumsi makanan tak lagi hanya soal rasa, tapi juga tampilan visual, aroma, suara, dan cerita. Sebanyak 48 % tim F&B Marriott melaporkan meningkatnya permintaan pengalaman kuliner multisensori — restoran pun mulai menerapkan elemen teatrikal, pencahayaan, aroma tambahan, dan storytelling menu.
kumparan
Kesehatan & Keberlanjutan
Kesadaran akan kesehatan dan dampak lingkungan makin memengaruhi preferensi konsumen. Menu sehat, bahan organik, pengurangan limbah makanan (food waste), dan upcycling bahan sisa menjadi nilai jual tambahan yang akan terus diperkuat.
Mikro-Pengalaman (Micro-Experience) Konsumsi
Setiap aspek konsumsi, termasuk kemasan, penyajian, dan sentuhan personal, menjadi bagian dari pengalaman. Misalnya kemasan estetis, catatan terima kasih personal, playlist tematik untuk santap di rumah — semua ini menjadi bagian dari identitas brand dan cara berkomunikasi dengan pelanggan.
Nostalgia Modern (“Newstalgia”)
Tren menghubungkan rasa nostalgis masa lalu dengan sentuhan kreatif modern. Konsep “Newstalgia” ini berarti menu yang mengingatkan konsumen pada rasa masa kecil atau tradisi lokal, namun diolah ulang dengan inovasi agar terasa segar dan menarik generasi muda. Hal ini sudah mulai diperbincangkan di sumber lain sebagai salah satu peluang F&B menarik ke depan.
Pemberdayaan Komunitas & Food Ecosystem Lokal
Lebih dari sekadar penyedia bahan lokal, pelaku F&B akan merangkul komunitas lokal, petani, dan produsen kecil sebagai bagian dari ekosistem. Program kemitraan, pelatihan, dan dukungan produksi lokal akan meningkatkan keberlanjutan serta nilai sosial dari usaha kuliner.
