Seabad Lebih RSUD Bunut: Menelisik Jejak Sejarah Rumah Sakit Tertua di Sukabumi
Pendahuluan: Pusat Layanan Kesehatan Bersejarah
Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin SH, dikenal juga sebagai RSUD Bunut, kini telah menginjak usia 105 tahun sejak didirikan pada 9 September 1920. Menjadi yang tertua di Sukabumi, rumah sakit ini menyimpan cerita panjang tentang evolusi pelayanan medis dari era kolonial hingga kini.
Asal Mula: dari Santa Lidwina hingga RSUD Daerah
RSUD Bunut awalnya dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama RS Santa Lidwina. Setelah masa kolonial usai, rumah sakit ini dialihkan ke Pemerintah Republik Indonesia dan kemudian ke Pemerintah Kota Sukabumi.
Penamaan “R. Syamsudin” tidak mengikuti kebiasaan memberi nama tokoh medis, tetapi diambil dari Wali Kota pertama Sukabumi (pribumi), yakni R. Syamsudin SH.
Jejak Kepemilikan dan Transformasi
Menurut catatan sejarah:
- Awalnya dikelola oleh pemerintah kolonial (Gemeente Soekaboemi).
- Pada 1932 dialihkan ke Lembaga Katolik Belanda (Vereniging), lalu ke pribadi, dan akhirnya menjadi RS St. Lidwina.
- Pada masa pendudukan Jepang dan masa Revolusi, pengelolaan kembali ke pemerintah lokal, hingga akhirnya disahkan sebagai RSUD daerah pada 1979.
Pelayanan Awal hingga Modernisasi Terpadu
Sejak menjadi RSUD, rumah sakit ini berkembang menjadi pusat rujukan di Jawa Barat—melayani pasien dari Sukabumi, Cianjur, Bogor, bahkan Lebak.
Tahun 1998 meraih akreditasi penuh untuk lima standar pelayanan, dan sejak itu terus meningkatkan mutu—hingga kini mencakup sertifikasi ISO, layanan cathlab, burn center, hingga status BLUD dan Rumah Sakit Kelas B.
Warisan Arsitektur: Ruang Aster Gedeg-Bambu
Salah satu warisan fisik yang masih dipertahankan adalah Ruang Aster, ruang rawat inap dengan dinding anyaman bambu (gedeg) berlapis kapur—menyiratkan warisan teknik tahan gempa masa lampau.
Lokasi ini belum diusulkan sebagai cagar budaya formal, tetapi dianggap penting untuk dilestarikan sebagai bagian sejarah lokal.
Arus Perubahan & Inovasi Abad 21
RSUD Bunut tak hanya bertahan sebagai bangunan tua; lembaga ini juga terus berkembang—menambah tenaga medis profesional, meningkatkan fasilitas modern, dan memperkuat layanan sebagai rujukan regional.
“Pada saat Belandanya kalah hingga kemerdekaan maka diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Pada saat diserahkan ke Indonesia, setelah proses berjalan panjang diserahkanlah bahwa ini milik Pemkot Sukabumi,” jelasnya.
Rumah Sakit dalam Konteks Sejarah Pendidikan
RSUD Bunut pantas disebut sebagai artikel sejarah, khususnya sejarah lokal dan kesehatan publik. Kisahnya bisa menjadi bagian pendidikan di mata pelajaran sejarah—misalnya dalam kelas IPS untuk menggambarkan transformasi sosial dari era kolonial hingga modern di Sukabumi.
Rangkuman Sejarah RSUD Bunut
Aspek | Sorotan Utama |
---|---|
Awal Berdiri | Didirikan 9 Sept 1920 sebagai RS Santa Lidwina (zaman Hindia Belanda) |
Belum Merdeka | Dikelola Katolik, kembali ke pemerintah pasca-kolonial dan menjadi RSUD (1979) |
Nama Resmi | Diambil dari nama Wali Kota pertama Sukabumi, R. Syamsudin SH |
Bangunan Heritage | Ruang Aster gedeg-lapis kapur tetap dilestarikan |
Pelayanan Modern | Akreditasi, ISO, layanan Cathlab & Burn Center, tenaga profesional |
Relevansi Sejarah | Sumber belajar sejarah lokal & kesehatan Indonesia |
Kesimpulan
RSUD R. Syamsudin SH alias RSUD Bunut adalah lebih dari sekadar fasilitas medis—ia adalah monumen sejarah hidup. Dalam satu abad, ia telah melewati penjajahan, perang, hingga status modern sebagai pendaulat kesehatan publik. Dengan warisan arsitektur dan evolusi instituciónal, ia layak mendapatkan tempat dalam kajian sejarah pendidikan maupun publikasi sejarah lokal yang inspiratif.
