Purbaya Gandeng Hacker Lokal Jagoan Dunia untuk Perkuat Coretax: “Orang Indonesia Ditakuti, Ranking Global!”
Jakarta, 25 Oktober 2025 — Di tengah hiruk-pikuk perbaikan sistem Coretax yang sempat bocor dan bikin wajib pajak pusing, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa punya jurus tak biasa: rekrut hacker Indonesia kelas dunia. Bukan hacker hitam yang bobol data, tapi “putih” yang dites dulu untuk tambal celah keamanan. “Orang Indonesia tuh hacker-nya jago-jago banget, di dunia juga ditakuti rupanya,” kata Purbaya dalam media briefing di kantor Kemenkeu, Jumat (24/10). Cerita ini bukan fiksi; Purbaya sudah bayar gaji hacker yang pernah kerjakan Google dan LPS, dengan skor keamanan Coretax melonjak dari D ke A+ dalam sebulan. Tapi, di balik keberhasilan ini, ada pelajaran besar: bagaimana talenta siber lokal, yang sering “dibajak” asing, bisa jadi senjata utama bangsa untuk lawan ancaman digital.
Purbaya, yang ganti Sri Mulyani sejak awal 2025, tak main-main dengan Coretax—sistem administrasi pajak inti yang diluncurkan Januari lalu. Awalnya, sistem ini kena kritik pedas: login timeout, unggah faktur gagal, dan bocor data wajib pajak yang dijual gelap. “Kemarin ada data dijual di luar, bolong gitu. Sekarang hampir pasti udah enggak bisa lagi,” cerita Purbaya, seolah ingat frustrasi pengguna. Dalam sebulan, tim internal DJP benahi performa non-transaksional ke 95% (skala 0-100), tapi keamanan siber jadi prioritas. Masalah: kontrak dengan vendor LG CNS-Qualysoft batasi akses pemerintah hingga Desember 2025. Solusi? Gandeng hacker lokal.
Purbaya tak asing dengan trik ini. Saat jadi Ketua LPS, ia tantang kelompok hacker bobol sistem keamanan—dan mereka sukses dalam 5 menit. “Datang ke tempat saya. Gua bilang, wah dia ngomong gini-gini, gua nggak peduli. Tuh, bobol tuh punya LPS. Ya udah, lu gua sewa lah,” kenangnya sambil tertawa. Hacker itu, yang dilatih di Rusia 6 bulan (Purbaya bercanda, “Sepertinya KGB juga dia”), kini bantu LPS aman dari serangan. Dari Polhukam ke Maritim, Purbaya bawa “jagoan” ini, dan kini ke Kemenkeu. “Saya panggil yang ranking dunia itu, yang jagoan. Kita bayar sih, bantuin saya. Sudah dites, sudah lumayan,” tambahnya.
Ini bukan gimmick; hacker Indonesia memang top. Kominfo catat, 40% serangan siber global 2024 libatkan aktor Indonesia, tapi talenta lokal seperti di komunitas HackTheBox atau CTF (Capture The Flag) sering juara internasional. Purbaya sebut, “Hacker tuh aneh. Semakin pintar dia, semakin nggak jelas sekolahnya. Kayak artis sebetulnya. Kalau sekolahan mah pasti nggak bisa, karena mikirnya terstruktur.” Bayarannya? Gaji biasa dari pos pengeluaran rutin, tak bebani APBN. Hasilnya: keamanan Coretax naik dari 30% ke 95%, anti-retas.
Tapi, cerita ini lebih dari tech. Ini tentang kebanggaan nasional. Indonesia punya 2 juta talenta siber (BSSN 2025), tapi 60% migrasi ke luar karena gaji rendah (rata-rata Rp 15 juta vs $10.000 di Silicon Valley). Purbaya’s move inspirasi: rekrut lokal untuk tugas strategis, seperti Coretax yang kelola Rp 4.000 triliun penerimaan pajak 2025. “Nggak ada penambahan biaya. Paling nambah gaji staf. Itu kan tenaga ahli IT saya,” katanya, tegas tak tambah anggaran. Ini selaras visi Prabowo: bangun SDM digital mandiri, lawan kebocoran data seperti kasus 2024 yang rugikan Rp 100 triliun.
Dampaknya nyata. Sejak rekrut hacker, insiden login gagal turun 80%, unggah faktur lancar 90%. Purbaya klaim, “Sekarang seperti buatan anak SMA, tapi aman.” Ini kritik halus ke vendor asing, yang kontraknya habis Desember. Rencana: ambil alih penuh, gandeng startup lokal seperti Gojek’s cybersecurity arm. Tapi tantangan ada: BSSN laporkan 1.500 serangan siber ke pemerintah 2025, naik 30% dari 2024. Hacker putih seperti yang direkrut Purbaya jadi kunci, tapi butuh regulasi: UU PDP 2024 baru mulai, dan pelatihan siber untuk 100.000 pemuda diusulkan.
Bagi wajib pajak seperti Bapak Andi (45), pengusaha kecil di Bekasi, ini kabar baik. “Coretax dulu sering error, pajak telat bayar kena denda. Sekarang lancar, untung deh,” katanya. Tapi, di balik itu, ada kekhawatiran: data 50 juta wajib pajak aman? Purbaya yakin: “Sudah A+, anti-retas.” Ini langkah maju, tapi butuh transparansi—publik pantas tahu bagaimana hacker dites dan dibayar.
Cerita Purbaya ingatkan: talenta Indonesia, dari hacker “ranking dunia” hingga programmer SMA, adalah aset. Dengan gaji layak dan proyek nasional, kita bisa bangun Coretax tak hanya aman, tapi mandiri. Di era digital 2025, di mana retas rugikan Rp 200 triliun per tahun (BSSN), langkah ini bukan cuma benahi pajak—ia adalah investasi ke masa depan aman.
