Cerita Budi Arie Kena Reshuffle: “Saya Terima Takdir Politik Ini”
Perombakan kabinet Indonesia Maju yang diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto awal pekan ini masih menyisakan banyak cerita menarik. Salah satu yang paling disorot adalah pernyataan dari Budi Arie Setiadi, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), yang secara tiba-tiba digantikan oleh tokoh baru dalam reshuffle tersebut.
Melalui wawancara khusus, Budi Arie akhirnya buka suara mengenai detik-detik dirinya mengetahui bahwa ia termasuk dalam daftar menteri yang direshuffle.
“Saya Diberitahu Beberapa Jam Sebelum Pelantikan”
Dalam keterangan yang disampaikan kepada media, Budi Arie mengaku baru mengetahui kepastian reshuffle beberapa jam sebelum pelantikan menteri baru digelar di Istana Negara.
“Saya ditelepon langsung oleh pihak Istana. Waktunya singkat, suasananya tenang. Saya hanya jawab: ini takdir politik yang harus diterima,” ungkapnya.
Sikap legowo dan terbuka dari Budi Arie ini banyak diapresiasi oleh publik, mengingat reshuffle kerap kali menimbulkan spekulasi dan ketegangan di kalangan elite politik.
Kutipan Ala-Ala: Politik Itu Dinamis, Bukan Soal Permanen
“Dalam politik, jabatan bukan milik abadi. Yang abadi adalah pengabdian.”
– D. Hartono, Pengamat Politik dari kilasanberita.id
Latar Belakang Budi Arie
Budi Arie merupakan tokoh yang dikenal loyal terhadap pemerintahan Jokowi. Ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Projo, organisasi relawan yang sejak lama mendukung Jokowi dalam dua periode kepemimpinannya.
Di kabinet, ia mulai menjabat sebagai Menkominfo pada Juli 2023, menggantikan Johnny G. Plate yang terjerat kasus hukum. Meski masa jabatannya relatif singkat, Budi Arie dikenal cukup aktif dalam kampanye literasi digital dan penguatan siber nasional.
Namun, dalam reshuffle terbaru, posisi Menkominfo digantikan oleh Mochamad Irfan Yusuf, nama yang sebelumnya tidak terlalu dikenal publik secara luas.
Apa Alasan Di Balik Pergantian?
Hingga saat ini, tidak ada pernyataan resmi dari Istana mengenai alasan Budi Arie digantikan. Namun, sejumlah analis politik menduga bahwa reshuffle ini merupakan bagian dari pembentukan tim kabinet Prabowo yang lebih solid secara politik.
“Mungkin ini bagian dari konsolidasi dan penyesuaian formasi jelang pemerintahan baru,” ujar Dedi Kurniawan, analis politik dari LIPI.
Beberapa sumber menyebut bahwa posisi Budi Arie digantikan untuk memberi ruang pada perwakilan dari partai-partai pendukung baru di parlemen.
Respons Netizen: Respek Sama Sikap Budi Arie
Sikap tenang dan terbuka dari Budi Arie mendapat respons positif di media sosial. Tagar #BudiArie sempat trending dengan ribuan komentar dari netizen yang menghargai sikap gentle-nya.
- “Orang baik, tahu kapan harus mundur dengan terhormat.”
- “Salut sama Pak Budi Arie. Nggak drama, nggak nyinyir.”
- “Pemimpin seperti ini langka.”
Netizen juga berharap agar Budi Arie tetap aktif dalam kegiatan sosial dan kebangsaan, meskipun tidak lagi menjabat sebagai menteri.
Budi Arie: “Saya Akan Terus Mengabdi”
Dalam pernyataannya, Budi Arie menegaskan bahwa ia tidak akan berhenti mengabdi untuk bangsa dan negara. Ia masih akan aktif di berbagai organisasi dan kegiatan relawan yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupnya.
“Saya mungkin tidak lagi di kabinet, tapi saya tetap di garis perjuangan,” ujarnya.
Pernyataan ini makin mempertegas citra Budi Arie sebagai figur publik yang konsisten dan tidak haus jabatan.
Kabinet Prabowo Mulai Tersusun
Pergantian menteri ini merupakan bagian dari reshuffle tahap awal yang dilakukan Presiden Prabowo. Selain Budi Arie, beberapa nama besar lain juga diganti, termasuk:
- Sri Mulyani, digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa
- Ferry Juliantono sebagai Menteri Koperasi
- Mukhtarudin sebagai Menteri Perlindungan Pekerja Migran
- Dan penambahan posisi Menteri Haji dan Umrah
Konsolidasi kabinet ini diyakini akan terus berlanjut menjelang pelantikan resmi Prabowo sebagai Presiden RI periode 2024–2029.
Penutup: Jabatan Boleh Berakhir, Pengabdian Tetap Jalan
Cerita Budi Arie menjadi pengingat bahwa dalam politik, pergantian adalah hal biasa. Namun cara seseorang merespons perubahan itu, akan menentukan warisan moral dan reputasinya.
Dengan sikap yang dewasa, tenang, dan penuh hormat, Budi Arie menunjukkan bahwa kelas sejati seorang pemimpin tidak ditentukan oleh posisi, tapi oleh karakter.
Semoga para pejabat lainnya bisa mengambil teladan serupa — karena kelegawaan dan ketulusan adalah kunci menjaga martabat politik di tengah dinamika kekuasaan.